Nostalgian Kuliner di Kota Palembang

Kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat. (*Prakoso Bhairawa Putera)

ARAH PERUBAHAN UU IPTEK

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya.Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. (*Prakoso Bhairawa Putera)

Penyerahan Hadiah Pemenang LKTI Seskoal 2012

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE., menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Menuju Kejayaan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang Bervisi Maritim”.

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

Gegap gempita otonomi ternyata membawa konsekuensi logis dengan perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.(Esquire Indonesia, Juni 2013 *Prakoso Bhairawa Putera)

Neraca Perdagangan Teknologi Indonesia

Dari hasil penelitian terlihat bahwa rendahnya kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada sektor industri diduga sebagai salah satu penyebab mengapa industri di Indonesia tertinggal dengan negara lain. Sebagai contoh, pelaku industri berintensitas teknologi tinggi seperti farmasi, maksimal hanya mampu mengeluarkan dana litbang kurang dari dua persen dari nilai penjualannya (Saputra, etal, 2008). Lebih jauh lagi gambaran rendahnya kegiatan litbang di sektor industri terlihat dari masih sedikitnya industri yang melakukan kegiatan litbang. Keadaan tersebut tercermin dari hasil survei yang dilakukan PAPPIPTEK-LIPI yang memperlihatkan bahwa 3,26% dari sampel 9.138 perusahaan industri manufaktur atau kurang lebih 250 perusahaan yang melakukan kegiatan litbang (Indikator Iptek 2007).

sumber: Biskom, edisi Januari 2011
Kemampuan inovasi yang dimiliki industri sangat ditentukan oleh aktivitas pengelolaan teknologi yang tercermin dari kapasitas industri melakukan riset secara mandiri. Namun dengan keterbatasan kapasitas sumber daya, hampir semua pelaku industri di dunia melakukan kegiatan alih teknologi dari pihak luar, baik dalam bentuk lisensi ataupun kerja sama riset. Implikasi dari praktik-praktik tersebut akan terlihat dari kecenderungan industri di suatu negara untuk lebih banyak membeli teknologi ataupun lebih banyak menjual teknologi dari negara lain. Aktivitas membeli atau menjual teknologi dapat menunjukkan posisi industri suatu negara dibandingkan dengan negara lainnya sebagai net exporter ataupun net importer teknologi dalam posisi perdagangan internasional. Keadaan tersebut tercermin dalam neraca pembayaran teknologi negara tersebut (Technology Balance of Payment) (OECD, 1999).

Technology Balance of Payment (TBP), selain dijadikan indikasi posisi perdagangan teknologi antar negara, juga dapat dijadikan salah satu indikator yang menunjukkan posisi daya saing atau kemampuan teknologi suatu negara relatif dibandingkan dengan negara lain. Dengan asumsi bahwa jual beli teknologi menyatu (embodied) dalam produk yang diperdagangkan. Beberapa negara telah menyusun TBP sebagai bagian dari indikator ilmu pengetahuan dan teknologi negara mereka.

Berdasarkan data OECD (2008), negara maju seperti Amerika Serikat merupakan net technology exporter untuk teknologi selama hampir dua dekade terakhir. Setelah itu menyusul negara-negara Eropa seperti Swedia, Belanda, dan Belgia yang merupakan negara net technology eksporter selama satu dasawarsa terakhir. Lebih jauh, TBP Amerika dan Eropa memiliki saldo surplus rata-rata 2% dari GDP dengan mayoritas didukung oleh daya saing teknologi industri dengan intensitas teknologi tinggi seperti industri farmasi, otomotif, dan semikonduktor (Sao Paolo, 2005). Di lain pihak pada tataran negara berkembang, hanya beberapa negara saja yang telah mengembangkan indikator TBP-nya. Brazil adalah salah satu negara berkembang yang memiliki saldo TBP negatif baik pada industri berintensitas teknologi rendah, sedang maupun tinggi.

Apa itu TBP?

Pada umumnya, difusi teknologi dapat terjadi melalui tiga cara. Pertama melalui peralatan dan produk (capital-embodied technology), kedua melalui orang (human-embodied technology), dan ketiga melalui dokumen tertulis atau audiovisual atau media lainnya (disembodied technology). Teknologi yang melekat pada modal (capital-embodied technology) ditransmisikan melalui penjualan mesin dan peralatan, teknologi yang melekat pada orang (human-embodied technology) tersirkulasi melalui program pelatihan, seminar, konggres dan kontak personal, kerja sama teknis dan bantuan teknis antarperusahaan. Sedangkan teknologi sebagai informasi dalam bentuk dokumen tersirkulasi melalui studi rekayasa, jasa konsultasi, dan perjanjian paten.

Neraca pembayaran teknologi (Technology Balance of Payment) mengukur alih teknologi internasional (antarnegara) yang meliputi: lisensi, paten, know-how dan riset, serta bantuan teknis. Tidak seperti pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, pembayaran-pembayaran tersebut dilakukan untuk teknologi yang siap produksi. Pada umumnya, transaksi terjadi pada cabang-cabang perusahaan multinasional yang berada di berbagai negara (between host country), atau antara perusahaan induk di negara pusat (home country) dengan anak perusahaan di negara lain (host country) (OECD, 1990).

Terdapat konsensus di antara para pakar bahwa semakin besar proporsi barang padat teknologi di dalam aliran perdagangan pada suatu negara merupakan indikator dari tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan teknologi dan daya saing industrinya. Hal ini akan mengarah pada partisipasi yang lebih dinamis dan aktif di pasar internasional. Neraca pembayaran teknologi akan menyitemkan dan menyistemkan perdagangan barang dan jasa dengan kandungan teknologi antara dua struktur ekonomi (biasanya negara), tetapi dapat juga wilayah atau subwilayah di dalam suatu negara (Sao Paulo, 2005).

Transaksi aliran teknologi antarnegara untuk teknologi yang melekat pada produk (embodied technology) dapat dikaji dengan menggunakan proksi aliran perdagangan internasional, sedangkan disembodied technology (teknologi yang secara ekslusif terpisah dari produk) dan aliran migrasi personal dapat didekati dengan penerimaan dan pembayaran royalti atau konsultansi jasa teknologi.

Mengacu pada metodologi yang dikembangkan OECD (1990), perdagangan teknologi dibedakan atas dua hal yaitu (1) perdagangan dalam produk manufaktur; dan (2) perdagangan dalam jasa. Teknologi yang diterima dan dibayarkan dari proses jual beli produk manufaktur dan jasa merupakan bentuk utama dari kepemilikan teknologi. Dalam hal ini teknologi yang melekat pada produk yang diperdagangkan tersebut dibagi atas empat kategori yaitu: (1) produk yang dihasilkan dari pengalihan secara teknik (transfer of techniques) seperti paten dan lisensi; (2) produk yang dihasilkan dari pengalihan rancangan (transfer of designs) seperti merek dagang, pola perdagangan, lisensi, dan franchise; (3) jasa pengantaran (delivery of services) menggunakan teknik tertentu dan knowledge perekayasaan; (4) litbang industri. Dari ulasan di atas dapat diketahui bahwa TBP mengukur pengalihan (transfer) teknologi internasional melalui empat kategori dari perdagangan teknologi.

TBP Indonesia

Berdasarkan hasil kajian Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – LIPI di tahun 2009, diketahui posisi neraca perdagangan teknologi di Indonesia dalam kurun 1999–2007, secara keseluruhan Indonesia memiliki posisi neraca perdagangan teknologi yang cenderung fluktuatif. Neraca perdagangan produk teknologi Indonesia merupakan penyumbang surplus di kancah perdagangan teknologi internasional (hingga awal tahun 2008), sebaliknya, neraca perdagangan jasa selalu menjadi penyumbang defisit di kancah perdagangan teknologi Indonesia.

Pada tataran neraca perdagangan barang di empat kategori kandungan teknologi, Indonesia menunjukkan perkembangan surplus yang stagnan terhadap beberapa negara (dengan angka surplus rata-rata di atas Juta US$ 7 milyar. Namun demikian, pada tahun 2008, posisi tersebut mengalami penurunan yang tajam bahkan cenderung mengalami defisit di angka US$ 5 miliar.

Penurunan yang tajam tersebut, terutama disumbang oleh defisitnya neraca perdagangan teknologi dengan negara Singapura dan Jepang. Meski kondisi defisit tersebut relatif tinggi, namun neraca perdagangan menurut intensitas teknologi rendah Indonesia masih mengalami surplus terhadap semua Negara tersebut kecuali Thailand, sedangkan pada neraca perdagangan jasa teknologi, Indonesia tampak terus mengalami defisit terutama dalam kurun 2004–2008.

Hal ini ditandai dengan saldo neraca yang mencapai minus yang terus bertambah hingga mencapai hampir US$ 2 milyar pada akhir tahun 2008. Defisit neraca jasa disumbang oleh defisitnya tiga transaksi jasa utama yakni jasa konstruksi, jasa komputer, serta royalti dan imbalan lisensi.

Lebih jauh, kondisi perdagangan teknologi di Indonesia merupakan net exsporter untuk barang dengan kategori teknologi tinggi (hi- tech) dan teknologi rendah (low-tech). Sebaliknya, pada produk barang kategori teknologi menengah-tinggi (med-hi tech) dan menengah-rendah (med-low tech) Indonesia memiliki posisi sebagai net importer.

Walaupun demikian, meski dalam perdagangan posisi Indonesia sebagai net exsporter pada produk hi-tech, namun pada kenyataannya Indonesia tidak memiliki kapasitas sebagai pemilik teknologi dalam industri produk ini. Tingginya ekspor produk kategori ini ternyata hanya mayoritas terdiri atas produk rakitan dengan bahan baku impor berteknologi tinggi.

Selain itu, investasi dari industri tersebut kebanyakan dikuasai oleh PMA membuat kemungkinan pembelajaran teknologi sangat sulit karena kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada umumnya dilakukan di perusahaan induk di luar negeri, sedangkan untuk barang kategori teknologi rendah meskipun Indonesia merupakan net exsporter perlu diperhatikan bahwa produk yang masuk kategori ini merupakan produk dari industri nonprioritas dunia (antara lain industri garmen), dan masih banyak dari produk tersebut yang kualitasnya kurang optimal. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih lemah dalam pengembangan teknologi di keempat ketegori produk industri tersebut, meski memiliki potensi besar di produk low-tech.

Penulis: Prakoso Bhairawa Putera

BISKOM Edisi Januari 2011

Sumber: Cover Biskom edisi Januari 2011
Majalah BISKOM kali ini menampilkan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Aziz Iskandar (Terima kasih kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang turut mendukung Majalah BISKOM).

Dalam kesempatan ini, kami sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi JAnuari 2011 diantaranya:

• COVER STORY: Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Aziz Iskandar: BPPT Siap Sukseskan e-Vote

• FIGURE:
- Direktur Utama PT. C&C, Widiyantono: Indonesia Mampu Ciptakan Teknologi Recognition
- Direktur PT. Raditya Mulia Lestari, Jimmy Hadian: Internet Security Tak Hanya Hadang Virus

• HEADLINE:
- 2011, Tiap Warga Wajib Miliki NIK
- NIK Cegah Identitas Ganda

• FOCUS:
- Ketika BLACKBERRY Dianggap Sebar PORNOGRAFI
- Fungsi Kepolisian Dalam Penegakan HKI
- Siapa Bakal Saingi iPAD?
- Tablet Makin Murah!

• BROWSING:
- 2011, LinkedIn Go Public
- PlayBook 4G Segera Diluncurkan

• INSPIRATION:
- Muhamad Jafar Elly: Kisruh Penjualan Tiket, PSSI Harus Benahi Sistem
- Prakoso Bhairawa Putera: Neraca Perdagangan Teknologi Indonesia
- Bob Julius Onggo: INSTANT SEARCHING Apakah Membantu Penjualan?

• REVIEW & CELLULAR:
- MSI GT680 dan MSI Seri F
- D-Link DCS-930 dan D-Link DHP-W306AV
- Seagate Barracuda Green dan Transcend Axeram DDR3-20
- Nokia E7 dan Fuji Xerox Docuprint CP105B

Kasal Pimpin Upacara Hari Dharma Samudera

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno memimpin upacara peringatan Hari Dharma Samudera di atas geladak KRI Surabaya-591 dengan melakukan tabur bunga dan pelarungan karangan bunga ke laut sambil berlayar di Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS), Surabaya, Sabtu (15/1).

Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo, upacara peringatan Hari Dharma Samudera yang dilaksanakan secara rutin oleh TNI Angkatan Laut setiap tanggal 15 Januari itu dimaksudkan untuk mengenang dan memperingati para Pahlawan Bahari yang gugur dalam pertempuran-pertempuran di laut, seperti pertempuran Selat Bali, Pertempuran Laut Sapudi, Pertempuran Laut Cirebon, Pertempuran Teluk Sibolga, dan pertempuran Laut Aru.

Tanggal 15 Januari ditetapkan sebagai Hari Dharma Samudera diambil dari peristiwa pertempuran Laut Aru pada tahun 1962, yang merupakan puncak dari perjuangan dan patriotisme putra-putra bahari terbaik dalam mempertahankan negara di laut. Dalam pertempuran ini gugur Pahlawan Komodor Yos Soedarso.

Makna yang perlu diambil dalam peringatan Hari Dharma Samudera untuk generasi muda adalah mewarisi dan meneladani jiwa patriotisme para Pahlawan kita di mana dengan penuh semangat heroisme berjuang demi negara dan bangsa, katanya.

Pada kesempatan tersebut, Kasal menyampaikan tali asih kepada perwakilan ahli waris keluarga pejuang pertempuran Laut Aru. Selain itu, diserahkan pula hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera baik untuk kalangan TNI AL maupun umum dengan tema masalah kelautan.

Pemenang lomba karya tulis untuk lingkungan TNI AL diraih oleh Kapten Laut (T) Mei Edi Prayitno, ST, Pama Satlinlamil Jakarta dengan judul Pertempuran Laut Aru sebagai Penggelora dalam Optimalisasi Pemberdayaan potensi pulau-pulau terdepan dan optimalisasi perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat NKRI. Juara II diraih oleh Kapten Laut (P) Krido Satriyo, Pama Puslatlekdalsen, Kobangdikal dengan judul Dengan semangat pertempuran Laut Aru kita Tingkatkan Pemberdayaan Potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan laut Republuk Indonesia dalam upaya Hanneg. Ketiga adalah Serka Mar Syafrudin dari Dispen Kormar dengan judul Optimalisasi peran Korps Marinir TNI AL dalam pengamanan Pulau terluar Indonesia.

Sementara itu, untuk kategori umum Juara I diraih Prakoso Bhairawa Putera, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indonesia, dengan judul Pendekatan change management dalam Penataan kembali tata kelola pulau-pulai kecil terluar : Penguatan kedaulatan dan stabilitas nasional, Juara II R. Zainal Fatah, mahasiswa ITS dengan judul SWAT (Sea Water Baterry) pemanfaatan kandungan elektrolit air laut menjadi sumber energy listrik terbarukan sebagai sumber penerangan dan cadangan energy listrik pada perahu nelayan di pulau terpencil, dan Juara III Dra. Endang Susetiawati, Guru SMPN Kalimanggis Kuningan, dengan judul Aktualisasi semangat pertempuran laut Aru dalam menegakkan kedaulatan wilayah NKRI pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI.

Selain itu, Pemimpin tertinggi Angkatan Laut itu juga menyerahkan hadiah kepada C, Wahyu Haryo, PS, wartawan Kompas, atas kesuksesannya dalam lomba penulisan artikel di media cetak dengan judul karyanya “Jangan Biarkan Kebanggaan Itu Semu”.

Turut hadir, para pejabat teras Mabesal, para Panglima Komando Utama (Kotama) TNI Angkatan Laut, Ketua Umum Jalasenastri Ny. Lilik Soeparno beserta sejumlah pengurusnya, para pejabat militer dan sipil, serta undangan lainnya.

Undangan Berpartisipasi dalam Ubud Writers & Readers Festival 2011

Pecinta sastra Indonesia

Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) kembali membuka seleksi karya untuk tahun 2011.
Kami akan memilih 15 penulis emerging Indonesia yang kehadiran serta partisipasinya di festival akan didanai oleh UWRF dan lembaga funding mitra UWRF. Pemilihan akan didasari pada sejumlah kriteria, termasuk kualitas karya, prestasi dan konsistensi dalam berkarya, serta dedikasi pada pengembangan kesusastraan Indonesia.

Kegiatan festival meliputi: disksusi panel, pembacaan karya, lokakarya.

Bila Anda adalah penulis Indonesia, atau mengenal penulis yang Anda anggap layak, layangkan pendaftaran sesuai syarat dan ketentuan di bawah ini:
  • Penulis adalah warga negara Indonesia
  • Menulis karya sastra, baik berupa puisi, prosa, naskah drama maupun karya non- fiksi baik yang sudah diterbitkan maupun belum.
  • Penulis yang sudah menerbitkan buku dipersilahkan mengirim buku yang telah diterbitkan.
  • Penulis yang belum menerbitkan buku dipersilahkan mengirim 30 karya puisi terbaik atau 8 karya cerpen terbaik, 5 karya essai, atau 3 naskah Drama.
  • Biodata penulis
  • Usulan topik yang dinilai menarik untuk dibahas selama festival.
Kirim ke sekretariat panitia UWRF paling lambat tanggal 1 Februari 2011 (cap pos)

Ditujukan kepada :

Kadek Purnami
Ubud Writers & Readers Festival
Jl. Raya Sanggingan Ubud - Indus Restaurant.
PO Box 181, Ubud Bali 80571.

Bagi penulis dari luar Bali yang terpilih, Panitia akan menangung biaya transportasi (penerbangan) dan akomodasi selama berlangsungnya acara.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa hubungi

Kadek Purnami:
Telp / Fax : 0361-977408
Email : Info@ubudwritersfestival.com / kadek.purnami@ubudwritersfestival.com
www.ubudwritersfestival.com

Kembali Ke KRI

ADA yang selalu membuat hati ini bahagia setiap melihat menatap laut biru dan tentramnya hati dengan hamparan seluas samudera. Setidaknya itu adalah gambaran ketika bersama-sama mahasiswa terpilih dalam Program Pelayaran Kebangsaan VI di tahun 2006 lalu. Pengalaman selama tidak lebih dari sembilan hari mengarungi lautan, mandi khatulistiwa, makan dan tidur ala tentara di KRI, dan semua cerita seru lainnya. Pernah terlintas dalam diri, kapan ya bisa kembali menikmati suasana semacam itu.

Alhamdulillah, di awal tahun 2011 ini doa itu terjawab. 14-15 Januari kemarin, saya bersama para pemenang lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka Hari Dharma Samudera tingkat Nasional dan pemenang lomba penulisan artikel di media massa berkesempatan menikmati suasana kembali ke KRI, dan KRI Surabaya-591 adalah kapal yang menjadi perwujudan mimpi itu kembali.

Tidak tanggung-tanggung, kamar persinggahan malam itu diberikan sekelas kamar bagi PAMEN yang luar biasa nyaman. Walau hanya satu malam, tetapi cukup untuk menuntaskan kerinduan akan suasana di tahun 2006 lalu. Bukan hanya itu, selain berkesempatan berfoto bersama dengan Laksamana TNI SUPARNO selaku Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Kasal), rombongan juga berkesempatan untuk mengunjungi KRI DEWA RUCI menjadi kebanggan.

Sebelum Upacara, foto dulu di dek KRI Surabaya

Satu Malam mungkin terlalu singkat tetapi cukup untuk menuntaskan memori dan memberikan penyegaran otak setelah menyelesaikan tugas laporan penelitian di akhir tahun lalu, dan ujian semester di kampus. Setidaknya awal tahun ini dibuka dengan prestasi sebagai Pemenang 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah "Hari Dharma Samudera" kategori Umum tingkat Nasional. Tahun masih panjang,.masih banyak tugas dan kerja yang menjadi bagian dari perjalanan di tahun ini,..masih banyak target,..Semangat KOKO,..

Awali Tahun dengan Prestasi

Diatas KRI Surabaya-591, Kasal Pimpin Peringatan Darma Samudera

suarasurabaya.net| Laksamana TNI SUPARNO Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Kasal) menjadi Inspektur Upacara (Irup) dalam upacara peringatan hari Darma Samudera yang berlangsung di atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Surabaya-591 yang sedang berlayar di Selat Madura, Sabtu (15/01)

Upacara Hari Darma Samudera diperingati setiap tanggal 15 Januari. Momen ini merupakan wujud penghormatan terhadap para pahlawan laut yang telah gugur dalam pertempuran laut untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Susunan peserta Upacara meliputi deputasi peleton perwira Tinggi (Pati), Peleton Pamen, Peleton Pama, Peleton Kadet AAL, Peleton Kowal, Peleton Bintara dan Tamtama, Pegawai Negeri Sipil, Pramuka Saka Bahari dan ibu-ibu Jalasenastri.

Usai upacara, SUPARNO melaksanakan tabur bunga di Selat Madura yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta upacara. Hadir dalam acara tersebut antara lain Pangdam V/Brawijaya, para Pangkotama TNI AL, para asisten dan Kasatker di lingkungan Koarmatim.

Kasal juga memberikan tali asih kepada para mantan (Awak Buah Kapal) Republik Indonesia (RI) Macan Tutul. Mereka yang menerima tali asih itu antara lain, Peltu (Pur) SUHARMADJI, Pelda (Pur) ANDRIAN, Pelda (Pur) SUPARMAN, Pelda (Pur) SUKIRMAN, Pelda (Pur) TARMUDJI, Serma (Pur) SUKARNO, Serka (Pur) NYOMAN TOYA.

Menurut Letkol Laut YAYAN SUGIANA Kepala Dispenarmatim dalam rilisnya yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (15/01), dalam kesempatan yang sama, Kasal juga menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis dalam rangka memperingati Hari TNI AL dan Hari Armada RI serta lomba penulisan artikel di media massa.

Untuk para pemenang lomba karya tulis kelompok TNI AL, juara pertama diraih oleh Kapten Laut (T) MEI EDDY PRAYITNO, S.T. dari Satlinlamil Jakarta; juara dua Kapten Laut (P) KRIDO SATRIO, sedangkan untuk juara tiga adalah Serka Mar M. SYAFRUDDIN, SH. Dari Dispen Kormar. Untuk kelompok umum juara satu diraih oleh PRAKOSO BHIRAWA PUTRA Mahasiswa Pasca Sarjana UI, juara dua R. ZAENAL PATAH Mahasiswa ITS, sedangkan juara tiga diraih oleh Dra. SRI ENDANG SUSATYAWATI guru SMPN Kalimanggis, Kuningan Jawa Barat. Untuk lomba penulisan artikel di media masa juara satu C. WAHYU HARIO PS dari wartawan Harian Kompas Jakarta.(git)


Teks Foto : 1. Laksamana TNI SUPARNO Kasal memimpin upacara peringatan hari Darma Samudera, 2. Laksamana TNI SUPARNO Kasal melakukan tabur bunga., Foto : Dispenarmatim.

Sumber: Suara Surabaya.net, 15 Januari 2011, 17:10:43| Laporan Agita Sukma Listyanti

Kasal Pimpin Upacara Hari Dharma Samudera

Surabaya, (15 Januari 2011).- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno memimpin upacara peringatan Hari Dharma Samudera di atas geladak KRI Surabaya-591 dengan melakukan tabur bunga dan pelarungan karangan bunga ke laut sambil berlayar di Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS), Surabaya, Sabtu (15/1).

Menurut Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana TNI Tri Prasodjo, upacara peringatan Hari Dharma Samudera yang dilaksanakan secara rutin oleh TNI Angkatan Laut setiap tanggal 15 Januari itu dimaksudkan untuk mengenang dan memperingati para Pahlawan Bahari yang gugur dalam pertempuran-pertempuran di laut, seperti pertempuran Selat Bali, Pertempuran Laut Sapudi, Pertempuran Laut Cirebon, Pertempuran Teluk Sibolga, dan pertempuran Laut Aru.

Tanggal 15 Januari ditetapkan sebagai Hari Dharma Samudera diambil dari peristiwa pertempuran Laut Aru pada tahun 1962, yang merupakan puncak dari perjuangan dan patriotisme putra-putra bahari terbaik dalam mempertahankan negara di laut. Dalam pertempuran ini gugur Pahlawan Komodor Yos Soedarso.

Makna yang perlu diambil dalam peringatan Hari Dharma Samudera untuk generasi muda adalah mewarisi dan meneladani jiwa patriotisme para Pahlawan kita di mana dengan penuh semangat hiroisme berjuang demi negara dan bangsa, katanya.

Pada kesempatan tersebut, Kasal menyampaikan tali asih kepada perwakilan ahli waris keluarga pejuang pertempuran Laut Aru. Selain itu, diserahkan pula hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera baik untuk kalangan TNI AL maupun umum dengan tema masalah kelautan.

Pemenang lomba karya tulis untuk lingkungan TNI AL diraih oleh Kapten Laut (T) Mei Edi Prayitno, ST, Pama Satlinlamil Jakarta dengan judul Pertempuran Laut Aru sebagai Penggelora dalam Optimalisasi Pemberdayaan potensi pulau-pulau terdepan dan optimalisasi perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat NKRI. Juara II diraih oleh Kapten Laut (P) Krido Satriyo, Pama Puslatlekdalsen, Kobangdikal dengan judul Dengan semangat pertempuran Laut Aru kita Tingkatkan Pemberdayaan Potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan laut Republuk Indonesia dalam upaya Hanneg. Ketiga adalah Serka Mar Syafrudin dari Dispen Kormar dengan judul Optimalisasi peran Korps Marinir TNI AL dalam pengamanan Pulau terluar Indonesia.

Sementara itu, untuk kategori umum Juara I diraih Prakoso Bhairawa Putera, mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indonesia, dengan judul Pendekatan change management dalam Penataan kembali tata kelola pulau-pulai kecil terluar : Penguatan kedaulatan dan stabilitas nasional, Juara II R. Zainal Fatah, mahasiswa ITS dengan judul SWAT (Sea Water Baterry) pemanfaatan kandungan elektrolit air laut menjadi sumber energy listrik terbarukan sebagai sumber penerangan dan cadangan energy listrik pada perahu nelayan di pulau terpencil, dan Juara III Dra. Endang Susetiawati, Guru SMPN Kalimanggis Kuningan, dengan judul Aktualisasi semangat pertempuran laut Aru dalam menegakkan kedaulatan wilayah NKRI pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI.

Selain itu, Pemimpin tertinggi Angkatan Laut itu juga menyerahkan hadiah kepada C, Wahyu Haryo, PS, wartawan Kompas, atas kesuksesannya dalam lomba penulisan artikel di media cetak dengan judul karyanya “Jangan Biarkan Kebanggaan Itu Semu”.

Turut hadir, para pejabat teras Mabesal, para Panglima Komando Utama (Kotama) TNI Angkatan Laut, Ketua Umum Jalasenastri Ny. Lilik Soeparno beserta sejumlah pengurusnya, para pejabat militer dan sipil, serta undangan lainnya.

Sumber: Berita Dinas Penerangan TNI AL, 15 Januari 2011

CERITA KOKO bagian I

K-O-K-O, Anak Melayu Pinggiran

KOKO adalah nama panggilan sejak kecil yang diberikan orang-orang terdekat, terutama keluarga, Mungkin, ada yang akan mengira bahwa ini bukanlah nama, melaikan sebutan atau panggilan. Yup, tak salah, koko bagi sebagian masyarakat Tionghoa di daerahku (Sungailiat) merupakan panggilan untuk seseorang yang usianya lebih tua atau dalam bahasa setempat sama dengan abang atau kakak dalam bahasa Indonesianya.

Koko dilahirkan dengan nama PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA. Lahir di sebuah kota kecil, di pulau Belitung yang bernama Tanjung Pandan tertanggal 11 Mei 1984. Sedari kecil sudah terbiasa hidup berpindah-pindah, maklumlah mengikuti sang Ayah yang merupakan pegawai negeri sipil, atau lebih tepatnya guru. Masa kecil banyak dihabiskan di dua kota di pulau Bangka yang sekarang menjadi propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tak banyak yang bisa diceritakan tentang masa-masa kecil di Tanjungpandan, selain menuliskan kembali apa yang dulu pernah diceritakan oleh kedua orang tua tentang kegilaan koko balita yang selalu senang jika dibawa Bapak berjalan-jalan sore menelusuri aspal disekitar rumah di Tanjungpandang. Tanjungpandan saat itu masih ramai dan hasil tambang timah menjadi komoditi yang begitu berharga di pulau ini. Sementara asyik menggendong koko balita, dibelakang bapak - setiap si bleki anjing penjaga yang menemani. 

Kata bapak, si bleki lah yang ribut-ribut saat koko jatuh dan terguling dari kereta bayi. Bleki menggonggong keras untuk memberi tahukan mamak (panggilan untuk ibu) yang sedang memasak di dapur pada suatu siang. Anjing penjaga itu selalu setia menjaga dan duduk dengan tenang  disebelah kereta bayi koko sembari memperhatikan setiap gerak-gerik koko balita. Namun sayangnya kebersamaan bersama bleki tidak bertahan lama, seiring dengan persiapan bapak untuk pindah tugas di Pangkapinang (Pulau Bangka) - si bleki pun mulai menghilang alias melarikan diri - menjauh dari keluarga. Kepergian bleki membuat bapak, aak Dini, abang Pran, dan aak Ria mencari kesana kemarin, tetapi hasilnya tetap nihil. Hingga, akhirnya hari kepindahan ke Pulau Bangka tiba. Sekeluarga pun menyeberangi Selat Gaspar (selat yang menghubungkan Pulau Belitung dengan Pulau Bangka) dengan Kapal Fery. Kepindahan itu dilepas oleh para tetangga, sanak handai taulan, serta murid-murid dan para guru di tempat bapak mengajar. Selang beberapa jauh kapal meninggalkan pelabuhan, menurut cerita bapak - si bleki nampak di pinggiran dermaga melihat kapal fery yang membawa sekeluarga pindah.

Di kota Pangkal pinang, koko kecil sempat menghabiskan masa kanak-kanak di Taman Kanak-kanak (TK) Adyaksa Pangkal pinang 1989-1990, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 52 Pangkalpinang. Sekolah ini jaraknya hanya sekitar 100 meter dari rumah. Namun, selama bersekolah di Pangkalpinang, koko kecil tidak berani tampil, menangis seakan menjadi tradisi setiap kali diminta membaca di depan kelas, atau pun sekadar memimpin doa. Koko kecil memiliki teman baik yang selalu memberikan semangat untuk tidak malu dan menangis, dia teman kecil Koko yang hingga kini masih tetap manis dan lucu, Rosa namanya. Sayangnya, kecerian di Pangkalpinang hanya bertahan sampai kelas tiga saja, karena dipenghujung akhir kenaikan kelas empat keluarga harus pindah ke kota Sungailiat.

Sungailiat,..yah,..kota kecil walaupun dia menjadi ibu kota dari kabupaten Bangka. Kondisi saat pertama masuk desa Air Ruai, dengan kelurahan Air Bakung - Lubuk Kelik, sangat-sangat jauh dari layak. Jalanan berlubang, aspal tak nampak, listrik hanya mengandalkan kebaikan toke listrik yang memberikan layanan penerangan dari pukul 18.00 hingga 24.00. Itupun membayar dengan cukup mahal dan terkadang mati-mati, maklum layanan listrik tersebut bersumber dari diesel yang mengandalkan bahan bakar solar. Bahan bakar jenis yang satu ini pun cukup sulit didapatkan.

Uniknya, meskin tinggal di daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota - prestasi belajar justru lebih baik. Nilai-nilai terbakar yang identik dengan warna merah tak terlihat lagi di rapor. Bahkan angka-angka bagus mulai bertaburan,..hehehe,..hehee,.Alhasil juara kelas di kelas empat pun berhasil di raih. Mula-mula peringkat tiga di caturwulan pertama, lalu peringkat dua di cawu kedua, dan menjadi peringkat satu di akhir tahun ajaran. Rahasianya sederhana, karena tidak ada hiburan maka kerjaan hanya belajar, membaca buku di perpustakaan es de yang hanya berisi beberapa buku saja.

Oh ya, SD di tempat tinggal yang baru ini, merupakan SD terbaik dari segi bangunannya, maklum di kota Sungailiat hanya ada dua sekolah yang memiliki gedung berlantai dua,..hehehe,..dan sekolah yang menjadi pelabuhan koko sejak kepindahan adalah salah satunya. Sekolah ini bernama SD Inpres Negeri 434 Sungailiat. Jangan tanyakan berapa jumlah muridnya apalagi angkatan kelulusan dari sekolah ini. Satu kelas hanya berisi tidak lebih dari 25 murid saja, dan koko kecil menjadi angkatan kedua dari sekolah ini...

Selama di eS De 434 ada seorang guru yang hebat. Pak Sopiandi, ia biasa disapa. Olahraga dan Keterampilan Seni adalah mata pelajaran yang menjadi keahlian beliau. Sejak berkenalan dengan pak Sopiandi lah, koko kecil mulai tumbuh percaya diri. Ada banyak keterampilan yang beliau ajarkan, mulai dari membuat taplak meja dari sedotan minuman yang dirangkai dengan benang wol, hingga membuat hiasan dari akar pohon. Di bidang olahraga, beliaulah yang mengajarkan koko kecil cabang atletik, hingga pada akhirnya nanti koko mampu menjadi atlit di bidang ini. Tidak hanya itu, ia juga mampu meletakkan dasar keterampilan membaca puisi dan menulis sastra. Acara malam tujuh belas agustus di panggung desa adalah ajang pertama koko kecil tampil bersama teman-teman di bawah asuhan pak Sopiandi.

Najur dan Mengambil Kelapa Pak Nurdin
Najur atau yang sering disebut dengan teknik menangkap ikan dengan meninggalkan kail yang berisi umpan di sungai atau rawa-rawa untuk keesokan harinya baru dilihat hasilnya, merupakan bagian yang tidak bisa dilupakan dari masa kecil koko. Adalah Sobar, Hendri dan Angga yang menjadi teman bermain dan teman mencari ikan. Selepas pulang sekolah dan selesai mengerjakan tugas-tugas sekolah, koko kecil bersama teman-teman menuju aliran air yang waktu itu setinggi setengah lutut. Bagi anak-anak melayu pinngiran ini, aliran air yang berasal dari bukit Betung itu adalah sungai. Di sanalah mereka menangkap ikan-ikan kecil untuk kemudian menjadi umpan bagi ikan besar, seperti gabus, baung, lele, dan bahkan burung ayam-ayam pun sering tertipu dengan umpan ikan kecil yang dipasang kail.  

Dari keempat anak melayu pinggiran ini, Sobar dan Hendri adalah jagoan soal menangkap ikan dan memasang tajur hingga ke belukar rawa yang berlumpuh. Sedang Koko kecil dan Angga hanya ikut turun di sisi yang tidak terlalu dalam dan berlumpur. Seusai memasang tajur biasanya mandi di kolong merupakan pilihan utama. Kolong bukanlah bagian bawah jembatan seperti di kota Jakarta. Kolong bagi masyarakat Bangka Belitung berarti lubang yang berisi air dari hasil galian penambangan timah yang telah bertahun-tahun lamanya ditinggalkan.

PUBLIKASI ILMIAH PRAKOSO BHAIRAWA

Penerbitan, Publikasi, dan Karya Ilmiah

Tahun 2010
  1. Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Kearifan Lokal Alternatif Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Pembangunan Daerah Edisi 02 Tahun 2010. Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri – Jakarta. ISSN: 0216-4052.
  2. Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Pengembangan Daerah Berbasis Kemandirian: Langkah Penguatan Pemberdayaan Usaha Mikro Untuk Menopang Pembanguan Daerah. Jurnal Pembangunan Daerah Edisi 01 tahun 2010. Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri – Jakarta. ISSN: 0216-4052.
  3. Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Peranan Media Cetak Lokal dalam Pemertahanan Bahasa Ibu di Bangka Belitung. Prosiding Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu “Menyelamatkan Bahasa Ibu Sebagai Kekayaan Budaya Nasional. Hal. 702-707. ISBN. 979-9462-78-9. Balai Bahasa Bandung dan Ikatan Duta Bahasa Bandung: Bandung.
  4. Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Ayo Ngeblog: Cara Praktis Jadi Blogger. Buku Pengayaan Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi setingkat Sekolah Menengah. Inter Plus (Ganeca Excta Group): Jakarta.
  5. Bhairawa, Koko P (Prakoso Bhairawa Putera). 2010. Memahami dan Membaca Cerita Pendek. Buku Pengayaan Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia setingkat Sekolah Menengah. Inter Plus (Ganeca Excta Group): Jakarta.
  6. Putera, Prakoso Bhairawa dan Dini Oktaviyanti. 2010. Perbandingan Pencapaian Jejaring Informasi Pariwisata Terpadu Berbasis Web (Electronic Tourism) Dalam Mendukung Visit Indonesia Year 2010 Studi Kasus : Visit Aceh, Visit Bangka Belitung, dan Visit Batam 2010. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010). Hal. C-45 – C.52. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta. ISSN: 1907-5022.

Tahun 2009

  1. Mulatsih, Sri,. dan Prakoso Bhairawa Putera. 2009. Analisis Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Bingkai Ekonomi Berlandaskan Iptek (Knowledge Based Economy). LIPI Press: Jakarta. ISBN: 978-979-799-508-9.
  2. Meiningsih, Siti,.Nani Grace, Kusbiantono, Sri Rahayu, dan Prakoso Bhairawa Putera. 2009. Technology Balance of Payments: Pengukuran Neraca Perdagangan Teknologi Indonesia. LIPI Press: Jakarta. ISBN: 978-979-799-514-0.
  3. Putera, Prakoso Bhairawa, Sri Mulatsih, & Sri Rahayu. 2009. Destination Management Organization (DMO) : Paradigma Baru Pengelolaan Pariwisata Daerah Berbasis Teknologi Informasi. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009). Hal. D-33 -- D-36. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta. ISSN: 1907-5022.
  4. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Analisis Daya Dukung Perempuan Indonesia terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Perspektif Kognitif Perempuan dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi). Bunga Rampai “Kepemimpinan yang Berperspektif Gender”. Hal. 244-252. Pusat Studi Wanita – Universitas Gadjah Mada dan Bayu Indra Grafika: Yogyakarta. ISBN: 979-8680-10-3.
  5. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Ecoregion Dalam Pengembangan dan Penataan Ruang Wilayah Pesisir Berkelanjutan Era Desentralisasi. Jurnal Nasion Volume 6 Nomor 1 Tahun 2009. Hal. 83-105. Pusat Pengkajian Strategi Nasional: Jakarta. ISSN: 1693-9409.
  6. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Destination Management System (DMS) Dalam Pemasaran Visit Babel Archipelagic 2010 Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Compile (Teknologi Informasi) Volume 2 No. 2 Tahun 2009. Hal. 121-133. Universitas Kristen Maranatha: Bandung. ISSN: 1978-4678.
  7. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Environmental Threshold Pada Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan di Pulau-pulau Kecil. Jurnal Pembangunan Daerah edisi 03 Tahun 2009. Hal. 17-30. Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri – Jakarta. ISSN: 0216-4052.
  8. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Strategi Pemeliharaan Batas Wilayah Melalui Penguatan Pengelolaan Tata Ruang Pulau-Pulau Kecil Terluar. Jurnal Pembangunan Daerah edisi 01 Tahun 2009. Hal. 18-28. Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri – Jakarta. ISSN: 0216-4052.
  9. Putera, Prakoso Bhairawa dan Sri Rahayu. 2009. Perkembangan Kinerja Ilmuwan Kimia Indonesia dalam Satu Dekade Terakhir (Perbandingan Publikasi internasional Bidang Kimia Indonesia dengan Negara ASEAN). Prosiding Seminar Nasional Kimia 2009. Universitas Negeri Semarang Press: Semarang. ISBN: 978-978-028-103-5.
  10. Rahayu, Sri dan Prakoso Bhairawa Putera. 2009. Metode Statistik Pada Pengukuran Aktivitas Ilmiah Indonesia Dekade Terakhir: Sebagai Aplikasi dari Metode Bibliometrik. Prosiding Seminar Nasional Matematika 2009. Universitas Jember: Jember. ISBN : 979-8176-66-9
  11. Putera, Prakoso Bhairawa. 2009. Jurnal Online (Blog), Penggunaan Ragam Bahasa dan Publikasi Karya Sastra di Ranah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Bunga Rampai “Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif”. Tiara Wacana: Yogyakarta.

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA KARYA TULIS ILMIAH HARI DHARMA SAMUDERA TAHUN 2011

sumber: http://www.tnial.mil.id/images/bigheader.jpg

Dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera tahun 2011, Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) telah menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis (LKT) dengan tema “ Dengan semangat pertempuran laut Aru kita tingkatkan pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan Republik Indonesia ”. LKT bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis di kalangan Keluarga Besar TNI Angkatan Laut dan masyarakat umum. Lomba ini diikuti oleh 80 peserta, yang terdiri atas peserta dari kalangan anggota TNI AL dan umum (mahasiswa/pelajar/umum).

Setelah melalui proses penjurian dan penilaian dapat ditentukan 5 peserta terbaik dari TNI AL dan 5 peserta terbaik dari umum. Adapun peserta terbaik dari TNI AL, adalah:
  1. Kapten Laut (T) Mei Edi Prayitno, S.T. NRP 14647/P, Pama Satlinlamil Jakarta, dengan karyanya “Pertempuran Laut Aru sebagai penggelora dalam optimalisasi pemberdayaan potensi pulau-pulau terdepan dan daerah perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat NKRI”, sebagai pemenang pertama (I) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  2. Kapten Laut (P) Krido Satriyo U. NRP 16015/P, Pama Puslatlekdalsen Kobangdikal, dengan karyanya “Dengan semangat Pertempuran Laut Aru kita tingkatkan pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan laut Republik Indonesia dalam upaya pertahanan negara”, sebagai pemenang kedua (II) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  3. Serka Marinir M. Syarifudin NRP 70979, Bintara Dispen Kormar, dengan karyanya “Optimalisasi peran Korps Marinir TNI AL dalam pengamanan pulau terluar Indonesia”, sebagai pemenang ketiga (III) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  4. Lettu Marinir Yogi Setiaji NRP 17760/P, Pama Batalyon Artileri 1 Marinir, dengan karyanya “Optimalisasi peranan Pasukan Marinir dalam menjaga pulau terluar sebagai pertahanan terdepan guna menjaga kedaulatan NKRI”, sebagai pemenang keempat (IV) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 700.00,00 (tujuh ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  5. Kapten Marinir Agus Soleh NRP 13767/P, Pama Pusdikkav Kodikmar, dengan karyanya “Pemberdayaan pulau-pulau kecil terluar sebagai benteng wilayah Negara Kesatuan RI”, sebagai pemenang kelima (V) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
Sementara peserta terbaik dari umum, adalah:
  1. Prakoso Bhairawa Putera, mahasiswa Program Pasca Sarjana UI Depok, dengan karyanya “Pendekatan Change Management dalam penataan kembali tata kelola pulau-pulau kecil terluar penguatan kedaulatan dan stabilitas nasional”, sebagai pemenang pertama (I) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  2. R. Zainal Fatah, Mahasiswa ITS Surabaya, dengan karyanya “SWAT (Sea Water Battery) pemanfaatan kandungan elektrolit air laut menjadi sumber energi listrik terbarukan sebagai sumber penerangan dan cadangan energi listrik pada perahu nelayan di pulau terpencil”, sebagai pemenang kedua (II) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  3. Dra Sri Endang Susetiawati, Guru SMPN Kalimanggis Kuningan, dengan karyanya “Aktualisasi semangat Pertempuran Laut Aru dalam menegakkan kedaulatan wilayah NKRI pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI”, sebagai pemenang ketiga (III) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  4. Dwi Septyan Waluyo, mahasiwa ITS Surabaya, dengan karyanya “Semangat Pertempuran Laut Aru kita tingkatkan pemberdayaan potensi pulau-pulau terluar wilayah perbatasan RI”, sebagai pemenang keempat (IV) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  5. Azrani Ery Saputra, SPI., Staf LPPM Universitas Teuku Umar, Aceh Barat, dengan karyanya “Strategi penguatan ekonomi masyarakat pesisir berbasis perikanan sebagai upaya mengantisipasi gangguan hankamrata di kawasan pulau-pulau terluar wilayah RI”, sebagai pemenang kelima (V) dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.

Penyerahan hadiah dan piagam bagi peserta terbaik I s/d III (anggota TNI AL dan umum) akan dilaksanakan pada Upacara Hari Dharma Samudera tgl. 15 Januari 2011. Sementara bagi peserta terbaik lainnya akan dikirim ke Kotama/Satker masing-masing. Peserta terbaik I s/d III hadir dengan: Militer pakaian PDU-I, peserta umum jas/blazer.

Sumber: website TNIAL

Mempercantik Halaman Depan Indonesia

Membaca sebuah harian lokal di Bandung, baru-baru ini mengangkat tulisan "Bukan Pulau Terluar, Tetapi Halaman Depan" semakin menegaskan adanya cara pandang yang keliru selama ini dalam melihat keberadaan pulau-pulau terluar yang tersebar di sekeliling perairan batas laut Indonesia. Bahkan, saya sepakat dengan Aat Suratin bahwa dalam nomenklatur pemerintah pun, pulau-pulau di garis depan Nusantara ditulis sebagai 'pulau-pulau kecil terluar'.

Istilah semacam ini justru membuat citra yang tidak menguntungkan bagi pulau-pulau tersebut, terlebih bagi para penduduknya yang notabene masih saudara sebangsa dan se-Tanah Air (Indonesia). Seharusnya dan tidak ada pilihan lain untuk mulai mengubah cara pandang dan cara pikir bahwa pulau terluar adalah pekarangan depan rumah kita.

Layaknya halaman depan rumah, maka kita tentulah sebagai pemilik berusaha untuk mempercantik pekarangan dengan taman, memberikan ornamen-ornamen yang mencirikan penghuninya, dan tentulah kita akan mengusahakan agar pekarangan depan tetap terjaga dan dipelihara sepanjang waktu. Jika pulau-pulau terluar yang selama ini terasingkan dari penghuninya (Indonesia), wajar jika penduduk lokal pulau mencari kenyamanan kepada tetangga.

Harmen Batubara (2006) mengungkapkan isu yang acapkali muncul dari pulau-pulau terluar, yaitu keterbatasan sarana prasarana dan rendahnya akses untuk memperoleh hak layaknya penduduk lain di pulau-pulau besar, seperti Jawa atau pun Sumatera. Dengan terbatasnya akses transportasi, sanitasi yang layak, penerangan dan informasi komunikasi, menjadikan masyarakat harus rela hidup dengan kondisi keterbatasan, termasuk juga dalam tingkat kesejahteraan hidup.

Akibatnya, agar tetap dapat bertahan hidup, maka ramai-ramai menyeberang ke negara tetangga menjadi pilihan. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau, suka tidak suka, ada rasa ketergantungan yang besar terhadap tetangga. Menyeberang ke negara tetangga pun terus-menerus berlangsung sehingga saudara-saudara kita lebih mengenal lagu kebangsaan negara tetangga ketimbang lagu Indonesia Raya. Mereka pun tidak sadar jika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah presiden mereka.

Kondisi semacam ini memang butuh penyadaran secara bersama. Artinya, tidak hanya menyadari akan keberadaan pulau-pulau terluar menjadi sangat penting sebagai tapal batas wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Lebih dari itu adalah penyadaran pada tiap diri elemen bangsa bahwa ada penafsiran yang keliru dalam melihat problematik pulau-pulau terluar, dan itu dimulai dari cara pandang.

Reorientasi menjadikan pulau terluar sebagai 'halaman depan' adalah pilihan tepat dan harus segera menjadi 'senjata' dalam menggerakkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki bangsa ini. Pemerintah pun perlu mulai aktif mempercantik pekarangan depan 'rumah' kita sendiri.

Menempatkan sarana dan prasarana dasar seperti sanitasi, listrik, transporasi, dan distribusi kebutuhan pokok menjadi prioritas utama. Hal inilah yang selama bertahun-tahun berganti generasi, diperoleh saudara-saudara kita di pulau terluar dari para tetangga yang tentu sangat senang menerima kedatangan saudara kita.

Keberpihakan terhadap nasib saudara di 'halaman depan' bukan sekadar jargon politik penarik suara ketika pemilihan umum, tetapi merupakan kewajiban untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang semakin hari rawan ancaman 'pencaplokan' oleh negara tetangga.

Setelah pemenuhan hak-hak dasar terselenggarakan, mulai merawat pekarangan dengan mainstreaming pembangunan yang berpegang pada dual economics, nilai-nilai demokrasi lokal, dan revitalisasi dan rekonstruksi kelembagaan. (Muhamad Karim, 2009) Dual economics dipadang sebagai sebuah pendekatan yang tidak hanya berorientasi pada kelautan/perikanan tetapi juga memperhatikan potensi agraris juga.

Teori ini dipopulerkan oleh Boeke dan Ferroux yang menegaskan adanya penyertaan kegiatan pertanian dalam pengembangan wilayah berbasis kelautan/perikanan. Masyarakat Pulau Enggano telah mengenal tradisi ini, yaitu dengan menjadi nelayan dan mengelola perkebunan lada. Praktik khas tersebut sebenarnya telah sejak lama berada dalam masyarakat lokal yang dikenal dengan kearifan lokal.

Berpijak pada pengetahuan masyarakat setempat dalam pengelolaan wilayah dan sumber daya yang dimiliki, dalam pembangunan nilai-nilai demokrasi lokal harus juga mengacu pada pendekatan tersebut. Dekontruksi dan rekontruksi nilai-nilai tradisional dan budaya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kuatnya nilai keterbukaan (outword looking), egalitarian, kejujuran dan keberanian menjadi modal sosial dalam pengembangan pembangunan di 'pekarangan' rumah.

Penegakan rasa persamaan hak sebagai bagian dari bangsa dan keadilan sebagai penduduk di wilayah negara Republik Indonesia, serta pemenuhan rasa dan hak menjadi penting. Semua itu untuk penyadaran dan sikap bagian dalam diri saudara-saudara kita di 'halaman depan' sebagai jiwa 'Merah Putih'. Tak ada anak tiri atau terbelakang dalam pengembangan dan pembangunan di NKRI ini, jika komitmen dan cara pandang menjadi acuan yang benar dan tidak atas kepentingan sekelompok saja. Penghormatan dan perlindungan terhadap hak dasar dan hak masyarakat lokal dari intervensi pemilik modal, menjadi perhatian serius dalam mempercantik pekarangan depan. ***

Oleh: Prakoso Bhairawa Putera, Penulis adalah Peneliti Muda bidang Kebijakan dan Administrasi LIPI, peserta Program Beasiswa Pascasarjana Ristek 2010.

Tulisan ini telah dipublikasi di Suara Karya, edisi Jumat - 7 Januari 2011

Potret Sisnas P3 IPTEK

Kebijakan Sisnas P3 Iptek terintegral dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2002 dengan tajuk yang sama. Namun, ironinya perangkat hukum ini hanya regulasi “payung” yang tidak banyak diimplementasikan dalam kurun waktu 2002-2009.

Sri Mulatsih dan Putera (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan beberapa temuan yang disajikan dalam laporan penelitianya terkait analisis terhadap kebijakan tersebut. Kondisi umum yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) belum dimanfaatkan secara optimal dan berarti di berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, sehingga belum dapat diandalkan untuk memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi kerjasama dan persaingan global di bidang iptek. Hal-hal demikian dapat dibuktikan dengan gambaran bahwa kondisi penelitian/riset dan teknologi (ristek) nasional belum dapat diandalkan karena produk institusi risetnya juga belum handal.

Belum terjalin hubungan yang baik antara lembaga penelitian perguruan tinggi dan industri, pada akhirnya menyebabkan kecendeungan bahwa industri nasional lebih memanfaatkan lisensi impor. Saat ini industri sulit untuk mengaplikasi hasil-hasil dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh unit-unit penelitian yang ada, baik oleh lembaga litbang milik pemerintah maupun perguruan tinggi yang ada. Sehingga, mau tidak mau industri harus melakukan sendiri kegiatan riset untuk peningkatan nilai tambah produk dan kebutuhan industri secara mandiri.

Kenyataan lain yang juga perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh adalah kemampuan memanfaatkan untuk melakukan penelitian bagi kemajuan iptek. Karena secara umum Indonesia belum menjadi pelaku iptek yang diperhitungkan dalam dunia internasional, dan jumlah sumber daya iptek masih terbatas. Sementara itu Sistem Nasional Iptek yang tersedia belum efektif menggalang dan mendayagunakan sumber daya yang terbatas itu secara terfokus dan terpadu untuk menghasilkan terobosan-terobosan yang diperlukan agar lebih kompetitif dan mandiri.

Dalam proses penyusunan kebijakan sebagai suatu hirarki (Bromley, 1989), Undang-Undang itu merupakan institutional arrangement atau produk dari tingkatan kebijakan (policy level) yaitu tingkatan teratas dalam hirarkhi kebijakan. Pada tingkatan operasional (operational level), kebijakan pemerintah yaitu undang-undang diturunkan dalam bentuk instruksi presiden, peraturan pemerintah (PP), keputusan mentri (Kepmen), sampai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak), dan petunjuk teknis (juknis). Pada tingkatan operasional ini kebijakan akan diimplementasikan, setelah dilakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait (stakeholders). Pada proses sosialisasi ini terjadi suatu interaksi terhadap kebijakan yang disosialisasikan, dari proses ini kemudian perlu dilakukan suatu kajian (assesment) yang hasilnya akan dikembalikan kepada policy level.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sisnas P3 Iptek, telah diundangkan pada tanggal 29 Juli 2002 oleh Presiden Megawati. Pengesahan undang-undang ini berada pada level policy yaitu DPR yang berwenang menyetujui rancangannya, melalui proses pembahasan yang cukup panjang. Pemerintah berusaha terus agar mendapatkan payung hukum untuk melindungi dan mengembangkan Sisnas P3 Iptek di Indonesia.

Dari sejarahnya ditunjukkan bahwa Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 sebenarnya merupakan perluasan dari ide awal untuk mengusulkan Undang-Undang Dewan Riset Nasional (DRN). Karena perluasan ini mrncakup materi dan substansi terhadap Sistem Nasional Iptek, dan pihak-pihak terkaitpun menjadi lebih luas juga. Sehingga yang semula cakupannya hanya pada sistem nasional iptek, kemudian berkembang menjadi pembahasan di DPR yang terfokus kepada Sisnas P3 Iptek.

Tiga Temuan Mendasar

Berdasarkan implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2002, ada tiga pokok temuan mendasar. Pertama (Gambar 1), kondisi awal keberadaan undang-undang tentang Sisnas P3 Iptek menjadi peletak kerangka dasar sekaligus landasan hukum bagi perkembangan semua unsur kelembagaan yang diperlukan serta peningkatan interaksi dan sinerginya. Selain itu juga undang-undang ini diharapkan dapat membangun kesadaran pentingnya peran serta unsur masyarakat, khususnya dunia usaha dalam memperkuat Sistem Nasional Iptek. Pencapaian tujuan tersebut dalam pasal/ayat diamanatkan untuk dilengkapi dengan unsur-unsur instrumen kebijakan sebagai petunjuk teknik dan petunjuk operasional dari undang-undang. Seiring tahapan implementasi dalam kurun tujuh Tahun berjalan pemerintah telah menyelesaikan empat peraturan pemerintah, satu peraturan presiden, satu keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi, Agenda Riset Nasional berikut Jaktranas Iptek 2004-2009.

Pada kondisi saat ini, berdasarkan unsur kelengkapan turunan kebijakan, tidak satupun yang menjadi petunjuk operasional atau petunjuk teknis dari kelembagaan. Padahal sejak awal Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 bertujuan untuk meletakkan dasar bagi perkembangan kelembagaan berikut dengan interaksinya. Lemahnya sosialisasi yang hanya dilakukan di awal-awal keberadaan undang-undang menjadi penyebab responden di daerah kurang memahami dan mematuhi kebijakan nasional tersebut. Tingkat kepatuhan menjalankan kebijakan tidak diikuti dengan sanksi tegas apabila peraturan tersebut tidak dilaksanakan, akibatnya kebijakan ini tidak dapat mengingat secara kuat tiap unsur kelembagaan.

Kesadaran untuk memperkuat Sisnas P3 Iptek khususnya peran dunia usaha hanya berhenti pada tataran yuridis formal dengan dikeluarkan PP No. 35 Tahun 2007 untuk pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi dan difusi teknologi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sulit menjadi acuan.

Pengalokasian dana badan usaha untuk peningkatan rekayasa, inovasi dan difusi teknologi tidak sejalan atau relevan dengan tren di dunia usaha. Dunia usaha merupakan pasar bebas, sehingga segala sesuatu mengikuti pola konsumsi dan kebutuhan pasar. Pengalokasian sejumlah dana untuk kegiatan riset tidak dikenal, beberapa negara yang telah mapan dalam interaksi industri pemerintah perguruan tinggi, sering kali melakukan kebijakan dengan pelibatan sumber daya manusia dalam kegiatan perekayasaan, inovasi dan difusi teknologi dalam usaha penambahan nilai produk yang dihasilkan oleh sektor industri.

Kedua (Gambar 2), Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 sejak awal meletakkan pemerintah daerah sebagai salah satu komponen yang menjadi pendukung pelaksanaan sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan iptek khususnya ditingkat daerah. Berdasarkan pasal/ayat dalam undang-undang tersebut pemerintah daerah berkewajiban menumbuhkembangkan motivasi, memberi stimulus dan memfasilitasi dalam menciptakan iklim pertumbuhan dan sinergi unsur kelembagaan, sumber daya dan jaringan iptek.

Kondisi awal ini oleh semua lokasi yang menjadi sampel dari penelitian ini terlihat telah mendapat dukungan secara yuridis formal di tiap daerah melalui Peraturan Daerah ataupun Keputusan Gubernur tentang pembentukan badan/bagian/unit yang menangani kegiatan penelitian dan pengembangan di daerah. Akan tetapi, dukungan yuridis tidak diikuti dengan dukungan sumber daya. Semua daerah responden minim sumber daya peneliti, begitu juga dengan dana, sarana dan prasarana dalam pemaksimalan tugas dan fungsi di daerah.

Ketiga (Gambar 2), pada jalinan interaksi antar kelembagaan yang ada diharapkan bisa berlangsung dan membentuk pola sistem nasional bagi kemajuan iptek di Indonesia. Kondisi awal ini distimulus oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan memberikan dana insentif ristek untuk penelitian Tahunan dengan menguatan jaringan kelembagaan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga penunjang dan badan usaha. Ironisnya kondisi yang terjadi interaksi hanya terjalin sebatas pemanfaatan dana riset dan tanpa adanya keberlanjutan difusi hasil penelitian yang aplikatif oleh dunia usaha.

Secara umum kebijakan tentang Sisnas P3 Iptek yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 merupakan bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah terhadap iptek di Indonesia. Kondisi awal kebijakan ini bertujuan meletakkan kerangka dasar, landasan hukum bagi perkembangan semua unsur-unsur kelembagaan yang diperlukan serta peningkatan interaksi dan sinerginya. Selain itu juga diarahkan untuk membangun kesadaran tentang pentingnya peran serta semua unsur masyarakat, khususnya dunia usaha dalam memperkuat sistem nasional iptek. Namun, kebijakan nasional ini masih belum maksimal diimplementasikan dikarenakan banyaknya ruang yang belum dioptimalkan dari tiap-tiap elemen untuk keberlanjutan aktivitas dan dukungan kebijakan serta pendanaan yang secara terus menerus dan berkelanjutan dilakukan pada tingkat nasional dan daerah, karena bagaimanapun juga sistem nasional tidak dapat berjalan secara maksimal tanpa adanya dukungan pelaksanaan sistem pada level daerah.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More