Nostalgian Kuliner di Kota Palembang

Kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat. (*Prakoso Bhairawa Putera)

ARAH PERUBAHAN UU IPTEK

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya.Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. (*Prakoso Bhairawa Putera)

Penyerahan Hadiah Pemenang LKTI Seskoal 2012

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE., menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Menuju Kejayaan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang Bervisi Maritim”.

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

Gegap gempita otonomi ternyata membawa konsekuensi logis dengan perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.(Esquire Indonesia, Juni 2013 *Prakoso Bhairawa Putera)

Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR) LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD - PT ROHTO Laboratories Indonesia 2011

LMCR-2011, hello semua sahabat! Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR) LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD - PT ROHTO Laboratories Indonesia untuk tahun 2011 akan segera diselenggarakan. Silakan siap-siap mengirimkan karya Anda. Persyaratan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang ini Panitia sedang merencanakan jadual Creative Writing Workshop: WRITING SHORT STORY - very easy steps... Bagi sekolah yang tertarik untuk dikunjungi workshop ini, silakan mengirim surat ke rayakultura@gmail.com - TIDAK DIPUNGUT BIAYA APA PUN. Workshop untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta-Bantul-Gung Kidul, Purworejo, Semarang, Malang, Surakarta, Salatiga, Surabaya, Mataram-NTB, Padang-Sumbar, Bandarlampung, Palembang. Deadline surat akhir Februari 2011. 

Terima kasih. Ketua Panitia LMCR-2011, Naning Pranoto

Buku Antologi Peraih Anugerah Lipice

------------------------------------------------------------------------------------
Berhadiah Total Rp 85 Juta + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD. Peserta Siswa SLTP (Kategori A), Siswa SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C)

Syarat-syarat Lomba:
  1. Lomba ini terbuka untuk pelajar tingkat SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia maupun yang studi/bekerja di luar negeri. Kecuali keluarga besar PT ROHTO Laboratories Indonesia dan Panitia/Dewan Juri LMCR 2010
  2. Lomba dibuka 21 April 2010 dan ditutup 15 September 2010 (Stempel Pos)
  3. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, derita dan kekecewaan)
  4. Judul bebas tetapi harus mengacu tema Butir 3
  5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul
  6. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia literer (indah, menarik, mengalir) dan komunikatif. Bahasa gaul dan bahasa daerah/asing boleh digunakan untuk segmen dialog para tokohnya – jika itu diperlukan dan sesuai dengan tema
  7. Naskah yang dilombakan harus asli (bukan jiplakan) dan belum pernah dipublikasi


Ketentuan Khusus:

  1. Naskah ditulis di kertas ukuran kuarto, ditik berjarak 1,5 spasi, font 12, huruf Times New Roman, margin justified 2 Cm, panjang naskah antara 6 – 10 halaman, dikirim ke panitia dalam bentuk printout 3 (tiga) rangkap/copy disertai file dalam bentuk CD.
  2. Cantumkan sinopsis maksimal 1 (satu) halaman, mini-biodata pengarang, foto 4R, fotocopy KTP atau SIM/Paspor/Student Card
  3. Setiap judul cerpen yang dilombakan wajib dilampiri kemasan LIP ICE (bagian kartonnya) atau segel SELSUN Shampo jenis apa saja
  4. Naskah cerpen yang dilombakan beserta persyaratannya dimasukkan ke dalam satu amplop (boleh berisi beberapa judul), cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2010 dan Kategori-nya di atas amplop kanan atas dan dikirim ke: Panitia LMCR-2010 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD – Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City Bogor 16810
  5. Hasil lomba diumumkan tanggal 15 Oktober 2010 melalui www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
  6. Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
Hasil Lomba:

Masing-masing kategori: Pemenang I, II, II dan 5 (lima) Pemenang Harapan Utama, 10 (sepuluh) Pemenang Harapan dan Pemenang Karya Favorit untuk Kategori A: 20 Pemenang, Kategori B: 60 Pemenang dan Kategori C: 100 Pemenang.

Hadiah Untuk Pemenang:

Kategori A (Pelajar SLTP)


  • Pemenang I – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 20 (dua puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
  • Sekolah Pemenang I, II dan II berhak mendapat 1 (satu) unit TV


Kategori B (Pelajar SLTA)


  • Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 60 (enam puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
  • Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) unit TV


Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)


  • Pemenang I – Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari + Piagam LIP ICE-SELSUN
  • 100 (seratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
  • Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010

Naskah cerpen yang dilombakan jadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya. Informasi lebih lanjut e-mail ke rayakultura@gmail.com

TEKNOLOGI HIJAU UNTUK BUMI

ISU lingkungan yang semula sekadar wacana pada tahun 1950-an justru di awal milenium ini muncul menjadi isu global. Seketika semua pihak kembali mengistropeksi apa yang telah dilakukan terhadap lingkungan hidup yang notabene menjadi tempat kehidupan mahkluk dan tempat memperoleh semua kebutuhan akan sumber daya.

Sumber Gambar: http://www.alrdesign.com/blog/uploaded_images/greentech-766896.jpg
Memang dalam mempertahankan kehidupan, manusia tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan hidupnya. Dengan demikian manusia selalu bergantung dan berinteraksi dengan lingkungan hidupnya secara terus menerus (Bintarto,1983). Dari hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan hidupnya, dalam hal ini ekosistem. Manusia memperoleh pengalaman, sehingga ia kan mendapatkan gambaran atau citra terhadap lingkungan hidup. Dari perjalanan dan pengalaman manusia, seseorang akan mendapatkan petunjuk tentang berbagai hal yang diharapkan dari lingkungan hidupnya. Tentang apa yang diperbolehkan dan tentang apa yang tidak boleh diperbuat terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan tidak lain untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Dengan demikian jelaslah bahwa alam dan lingkungan yang ada harus sebisa mungkin dioptimalkan penggunaannya, dengan tetap memperhitungkan baik buruknya. Di Indonesia sendiri saat ini mengalami dua permasalah utama yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Pertama, permasalahan lingkungan hidup yang disebabkan kemiskinan sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kedua, masalah lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengrusakan dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang sering disebut dengan pembangunan.

Tingginya jumlah penduduk dalam suatu wilayah akan meningkatkan kebutuhan dasar, sehingga dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut penduduk berupaya keras mengusahakan lahan marginal. Selanjutnya keruskan yang disebabkan oleh aktivitas pembangunan, tanpa memperhatikan lingkungan hidup.

Harus diakui pembangunan yang berjalan selama ini, biasanya dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil pembangunan dan terjaminnya stabilitas nasional. Namun pola ini oleh salah satu praktisi lingkungan hidup Emil Salim, dianggap sudah tidak layak lagi. Dengan kata lain sudah kuno. Saat ini dibutuhkan pola pembangunan berkelanjutan. Dimana gerak pembangunan tidak hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun juga mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup. Tujuannya adalah agar setiap kegiatan yang mengatas namakan kesejahteraan umum tidak lagi menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan hidup.

Saat ini negeri yang konon terkenal akan kemakmurannya, sudah terlalu banyak permasalahan yang dihadapi. Ada beberapa hal yang patut menjadi renungan dan pemikiran semua pihak. Di mana hutan hujan tropis yang sudah jauh dari bentuk aslinya karena ulah manusia yang rendah kesadarannya. Lalu peningkatan lapisan gas CO2 di atmosfer dan penipisan lapisan ozan sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan bumi. Bahkan pemanasan global mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan coral triangle atau segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan Philipina.

Kerusakan segitiga terumbu karang ini dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang tersebut.

Indonesia sebagai negara yang memiliki kawasan terumbu karang terluas di dunia, yakni mencapai 51.000 kilometer persegi atau 20 % dari luas terumbu karang dunia. Namun lima puluh persen terumbu karang di Indonesia, dinilai dalam kondisi rusak parah.

Lembaga Concervation International (CI) melaporkan 90 persen kerusakan terumbu karang di Indonesia akibat kegiatan manusia. Seperti kegiatan pengeboman ikan, penggunaan sianida, polusi dan pencemaran laut. Akibatnya, populasi ikan karang Indonesia mengalami penurunan hingga 10 persen pertahun. Populasi ikan karang Indonesia kini diprediksikan hanya mencapai 40 persen.

Kondisi serupa pun terjadi pada lahan hutan mangrove di Indonesia. Sekitar ¼ hutan dari 4,5 juta ha mangrove di Indonesia kondisinya memprihatinkan. Alih fungsi lahan dengan pembabatan pohon mangrove telah memperburuk kondisi sumberdaya potensial pesisir Indonesia.

Ternyata permasalahan lingkungan juga menghantui kawasan perkotaan. Pencemaran udara di kota-kota besar sudah mengancam kesehatan warga. Gejala gangguan kesehatan pada anak balita karena terkena dampak timah hitam dari bahan bakar bensin terus diwaspadai. Kota pun mengalami krisis air bersih dibeberapa titik.

Program Teknologi Hijau

Negara-negara maju seperti Jerman dan Korea Selatan telah mengupayakan untuk terus memaksimalkan peran dalam keselamatan bumi untuk masa depan. Program tersebut lebih merujuk pada Teknologi Hijau.

Teknologi hijau sendiri merupakan aplikasi teknologi yang bertujuan praktis pada metode penggunaan bahan maupun proses produksi yang menghasilkan produk tidak beracun dan aman bagi lingkungan. Teknologi ramah lingkungan ini dapat berbentuk produk-produk aplikasi inovatif yang tidak merusak lingkungan dan tidak beracun untuk tubuh manusia.

Pemerintah Korea Selatan pada awal tahun 2009 berinvestasi sebesar 38 miliar dollar AS untuk empat tahun ke depan melalui pembangunan ramah lingkungan di negaranya. "Green New Deals" adalah nama program yang diusung untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan lingkungan. Program ini meliputi 36 proyek termasuk pembangunan jaringan lintasan sepeda senilai 11 triliun won, pembangunan "Green Homes" untuk penghematan energi dengan menggunakan gas dari sampah, serta pengembangan teknologi kendaraan hibrida.

Begitu juga dengan Jerman yang telah merintis pemanfaatan energi terbarukan menjadi atraktif dan ekonomis sejak tahun 1990-an. Bahkan kebijakan ini telah melahirkan Undang-undang Energi Terbarukan yang memberi insentif untuk pemakaian energi terbarukan.

Pemerintah Federal juga telah mengesahkan Program Pelestarian Energi dan Iklim Terpadu pada akhir 2007. Program ini bertujuan memisahkan perkembangan ekonomi dari tingkat emisi untuk meningkatkan efisiensi energi secara berarti, dan untuk menjamin pengadaan energi. Sasaran yang dituju dengan paket tindakan demi iklim itu ialah penurunan emisi CO2 sebesar 40 persen.

Menurut data Badan Energi Internasional (IAE), sekarang pun Jerman sudah tergolong kelompok utama negara-negara yang menghasilkan produk perekonomian besar dengan menghabiskan energi dalam taraf relatif rendah. Menurut studi yang dilakukan oleh perusahaan konsultasi bisnis Roland Berger, sampai tahun 2020 sektor teknologi lingkungan akan mempekerjakan lebih banyak orang daripada cabang industri konstruksi mesin dan pabrik mobil yang sekarang masih banyak menyerap tenaga kerja. Tambah lagi dua pertiga penduduk Jerman yakin, bahwa politik lingkungan yang konsekuen akan berdampak positif terhadap lingkungan.

Keberhasilan negara-negara tersebut sepertinya berpijak pada level kebijakan yang lebih kongkrit pada tindakan, dan bukan retorikan pada kata dalam naskah kebijakan saja. Sepertinya hal semacam ini menjadi pe-er dan tugas kita bersama untuk terus mengawal setiap kebijakan ataupun program pemerintah untuk bumi Indonesia lebih baik di masa depan.*** (PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA)

KAWAH TEKUREP: MAKAM KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM

Palembang bukan hanya dikenal dengan sejarah panjang Kerajaan Sriwijaya yang berjaya di Nusantara pada abad VI hingga abad XIII saja, namun kota yang dialiri Sungai Musi ini memiliki cerita lain tentang Kesultanan Palembang Darussalam. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1675 sebagai sebuah kerajaan Islam yang dipimpin oleh Sultan Abdurrahman (1659-1706) di awal pemerintahannya. Akan tetapi kekuasaan kolonial Belanda menghapus kesultanan ini di periode 7 Oktober 1823.

Kompleks Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Keberadaan kesultanan ini masih tetap dirasakan hingga kini. Kompleks pemakaman kesultanan menjadi bukti bahwa nilai-nilai Islam begitu kuat di masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Tidak sulit untuk menemukan kompleks pemakaman ini, walaupun letaknya terlindungi kompleks pergudangan peti kemas Pelabuhan Bom Baru di kawasan Kelurahan III Ilir, Kecamatan Ilir Timur II. Dari pinggiran jalan raya, kita harus berjalan sekitar 200 meter untuk dapat melihat langsung kompleks pemakaman ini. Jika lebih memilih dari tepian Sungai Musi, maka kompleks ini berjarak tak lebih dari 100 meter.

Makam selalu dirawat dan jaga kebersihannya

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. Jika diperhatikan dengan seksama, maka bentuknya menyerupai wajan yang terbalik atau dalam bahasa lokalnya kawah tekurep. Berdasarkan informasi dari kuncen (juru kunci) makam, pemakaman ini dibangun tahun 1728 atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo. Kemudian dilanjutkan pembangunan Gubah Tengah di areal pemakaman oleh Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo. Keunikan arsitektur bangunan makam menjadi keindahan yang berhasil menggabungkan gaya arsitektur Melayu, India, dan China.

Untuk bisa memasuki kompleks pemakaman, kita harus melewati gerbang utama yang letaknya di sisi selatan atau bagian yang berhadapan langsung dengan Sungai Musi. Setelah melewati gapura, maka di depan bangunan makam kita bisa melihat silsilah keluarga Kesultanan Palembang Darussalam yang terukir di batu marmer.

Silsilah Makan Kesultanan Palembang Darusslam di Lingkungan Kawah Tekurep
Di dalam kompleks pemakaman terdapat empat cungkup. Tiga cungkup diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri sultan, para pejabat dan hulubalang. Di cungkup pertama terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin I (yang wafat di tahun 1756), Ratu Sepuh, istri pertama yang berasal dari Jawa Tengah. Kemudian ada makam Ratu Gading, istri kedua yang berasal dari Kelantan (Malaysia), ada juga makam Mas Ayu Ratu (Liem Ban Nio), istri ketiga yang berasal dari China-Melayu. Selain itu ada juga makam Nyimas Naimah, istri keempat yang berasal dari I Ilir (kini Guguk Jero Pager Kota Palembang Lamo), dan makam Imam Sayyid Idrus Al-Idrus dari Yaman yang tak lain guru dari Sultan.

Sisi Lain di Luar Bangunan Utama
Cungkup kedua, kita dapat melihat makam Pangeran Ratu Kamuk (wafat tahun 1755), di sebelahnya terdapat makam Ratu Mudo (istri dari Pangeran Kamuk), dan makam Sayyid Yusuf Al-Angkawi (imam sultan). Sementara itu, makam Sultan Ahmad Najamuddin (wafat tahun 1776), makam Masayu Dalem (istri Najamuddin), dan makam Sayyid Abdur Rahman Maulana Tugaah (Imam Sultan dari Yaman), berada di cungkup ketiga. Adapun cungkup keempat terdapat makam Sultan Muhammadi Bahauddin (wafat tahun 1803), makam Ratu Agung (istri Bahauddin), makam Datuk Murni Hadad (imam sultan dari Arab Saudi), dan beberapa makam lain yang tidak terbaca namanya. Selain keempat cungkup tersebut, masih ada beberapa makam seperti makam Susuhunan Husin Diauddin, yang wafat dalam pembuangan Belanda di Jakarta, 4 Juli 1826. Semula, Husin Diauddin dimakamkan di Krukut tetapi kemudian dipindahkan ke Palembang.

Kompleks pemakaman ini ternyata masih tetap terawat dan ramai dikunjungi. Biasanya mereka yang berkunjung adalah wisatawan atau peziarah yang ingin melihat langsung kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam dari peninggalan makam-makam para tokoh penting di kesultanan ini.(Prakoso Bhairawa Putera)

SDM IPTEK di Perguruan Tinggi Indonesia

Kebijakan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2002, tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek menempatkan perguruan tinggi sebagai salah satu unsur kelembagaan iptek selain lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang.

Perguruan Tinggi sesuai pasal 7 ayat (1) dan (2) berfungsi membentuk SDM ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Guna menjalankan fungsi tersebut, perguruan tinggi diamanatkan untuk bertanggung jawab dalam meningkatkan kemampuan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian pada masyarakat sesuai dengan kemajuan iptek.

Tingginya tingkat kualitas SDM iptek di suatu negara menjadi penentu bagi terbentuknya negara yang bermartabat dan berkualitas. Kualitas SDM tersebut pun sangat tergantung pada mutu dari pendidikan yang dikembangkan dan dijalankan oleh negara bagi masyarakatnya.

Kemampuan melakukan riset atau penelitian merupakan prasyarat penting dalam mengukur kualitas SDM terlebih pada pendidikan tinggi. Kemampuan riset yang baik dengan bentuk luaran paten ataupun publikasi ilmiah internasional adalah ukuran yang mendapat porsi penilain cukup tinggi dalam berbagai pengelompokan suatu perguruan tinggi dianggap berkelas dunia.

Bahkan Times Higher Education menempatkan riset dan sitasi sebagai penilaian penting dalam menetapkan World University Rankings. Penilaian tersebut menggunakan 13 indikator (gambar 1) yang terbagi dalam lima lima unsur yaitu Teaching — the learning environment (30%), Research — volume, income and reputation (30 %), Citations — research influence (32,5%), Industry income — innovation (2,5%), dan International mix — staff and students (5%).

Gambar 1. Indikator Penilaian Perguruan Tinggi Berkelas Dunia versi THE

Sumber: http://www.timeshighereducation.co.uk/world-university-rankings/2010-2011/analysis-methodology.html, diakses 29 januari 2011

Mengapa Riset Penting?

Riset adalah program yang memiliki makna dan fungsi strategis dalam pengembangan kualitas pendidikan sebuah institusi pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menekankan sinergisitas kampus sebagai institut pendidik, penelitian sekaligus pengabdian kepada masyarakat. Tak jarang, reputasi sebuah perguruan tinggi dipertaruhkan melalui ajang riset ataupun lomba penelitian bidang ilmu.

Mengkondisikan sebuah kampus agar memiliki power adalah sebuah proses dan kerja di dalamnya. Ada empat hal yang menjadi sumber energi bagi sebuah kampus, yakni; adanya selektivitas mahasiswa yang diterima menurut standar kriteria yang ditetapkan, kualitas pendidik yang dilihat dari pola rekrutmen dan sistem pengembangan karier, kualitas pengelolaan, dan kualitas hasil penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Prof. Sukamto pernah mengemukakan ada 4 pilar penentu reputasi perguruan tinggi; pertama, reputasi kampus ditentukan oleh kualitas mahasiswa yang diluluskan. Hal ini wajar mengingat mahasiswa-mahasiswa tersebut nantinya akan menjadi duta-duta kampus di masyarakat. Kualitas mahasiswa ditunjukkan dengan selektivitas yang tinggi dan potensi akademik tinggi. Kedua, kualitas pendidik dengan kualitas yang tinggi beserta prestasi yang diraihnya di tingkat nasional maupun internasional. Ketiga, kualitas lulusan yang berprestasi dalam kariernya di masyarakat. Masyarakat sekarang sudah sangat cerdas dan mudah menghargai keberadaan alumni sebuah institusi yang mempunyai manfaat dan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keempat, reputasi sebuah perguruan tinggi sangat ditentukan dengan ada atau tidaknya kontribusi karya ilmiah dan sumbangsih nyata bagi masyarakat tingkat nasional maupun internasional.

Sebenarnya seluruh hukum, aksioma, teori hingga praktek aplikasi merupakan buah dari riset, baik disadari maupun tidak. Bayangkan, seorang Newton yang namanya populer dalam hukum fisika, menemukan salah satu hukum fisika hanya berawal dari melihat sebutir apel yang jatuh ke bumi.

Bahkan secara jelas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai soko guru pembangunan iptek di Indonesia mengungkapkan empat hal tentang pentingnya penelitian dan pengembangan. Pertama, aktivitas riset akan menghasilkan temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan. Hal ini kemudian akan menunjang proses transformasi teknologi, sosial, ekonomi, dan politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuju knowledge society. Kedua, kegiatan riset yang diarahkan pada iptek dan ekonomi dapat menghasilkan inovasi berbasis iptek sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing bangsa. Ketiga, perkembangan kondisi pada tatanan nasional dan global saat ini menjadi peluang sekaligus ancaman terhadap keberlangsungan sumber daya alam, hal ini juga menentukan daya saing sehingga kemampuan dalam mengelola aset dengan berlandaskan riset-riset disegala sektor mampu menempatkan Indonesia lebih unggul dengan tidak hanya mengandalkan potensi alam saja yang kemudian diolah begitu saja tanpa diolah sendiri. Keempat, riset juga berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah sumber daya alam dan sumber daya manusia sehingga mampu untuk mempercepat proses bangsa ini mencapai tujuan dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan keadilan sosial.

Kondisi Kekinian SDM Iptek di Perguruan Tinggi

Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – LIPI kembali memberikan hasil survei penelitian dan pengembangan (litbang) sektor perguruan tinggi di tahun 2007-2008 yang dikeluarkan dalam Indikator Iptek Indonesia 2009. Hasil ini memperlihatkan kondisi tenaga litbang di perguruan tinggi negeri (termasuk politeknik) Indonesia saat ini. Tenaga litbang dan pengabdian masyarakat tersebut terbagi dalam peneliti/dosen, teknisi, dan staf pendukung). Secara keseluruhan SDM iptek yang ada di perguruan tinggi berjumlah 40.965 orang, tersebar di 265 fakultas dengan 12.748 orang, 44 lembaga penelitian sebanyak 17.629 orang, 43 lembaga pengabdian masyarakat sebanyak 9.355 orang, dan 13 politeknik memiliki 1.233 orang SDM iptek.

Sebaran tersebut sekitar 90% sudah dipenuhi oleh dosen/peneliti. Para peneliti yang menjadi SDM iptek di perguruan tinggi merupakan dosen ataupun profesional yang terlibat dalam pembuatan konsep atau penciptaan pengetahuan baru, produk, metode, dan sistem serta profesional yang terlibat dalam pengelolaan proyek penelitian.

Kegiatan riset di perguruan tinggi kita juga melibatkan tenaga asing walaupun jumlahnya sangat kecil. Masuknya tenaga asing dalam kegiatan penelitian ataupun pengabdian masyarakat di perguruan tinggi di Indonesia, dikarenakan adanya pembiayaan kegiatan yang bersumber dari luar negeri (hibah atau kerjasama litbang). Jumlah tenaga asing tersebut hanya 74 orang, sebagian besar terdapat di fakultas (56 orang), 14 orang di lemlit, dan 4 orang di lembaga pengabdian masyarakat. Perbandingan antar SDM lokal dan SDM Asing dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Perbandingan Proporsi SDM Lokal dan SDM Asing di Litbang Perguruan Tinggi

Porsi tenaga peneliti jika dilihat berdasarkan bidang keilmuan yang tersebar dalam kelompok fakultas sebagian besar di bidang ilmu pengetahuan sosial dan Kemanusiaan (IPSK). Dari 265 fakultas terdapat 3.651 orang tenaga peneliti di 95 Fakultas IPSK; 2.529 orang di 49 Fakultas Pertanian; 2.005 orang di 33 Fakultas MIPA; 1.598 orang di 27 Fakultas Teknik; 1.695 orang di 30 Fakultas Kedokteran/Kesehatan; dan 1.695 orang di 31 Fakultas Pendidikan. Kondisi ini cukup sebanding dilihat dari sebaran belanja litbang menurut kelompok fakultas. IPSK menghabiskan biaya penelitian sebesar 31,69%, selanjutnya pertanian dengan 27,28%, MIPA 17,90%, dan fakultas kedokteran/kesehatan, teknik dan pendidikan berbagi porsi sebesar 11,21% : 6,05% : 5,88%.

Hasil survei Pappiptek – LIPI (2008) ini juga mengungkapkan bahwa pembiayaan riset di perguruan tinggi kita banyak terserap pada penelitian terapan sebesar 48,39% dari total Rp 201,81 miliar sepanjang tahun 2007, sedangkan penelitian dasar dan eksperimental berbagi porsi yang hampir merata yaitu 25,23% untuk penelitian dasar dan 26,38% untuk pengembangan eksperimental.

Namun, jika dilihat berdasarkan luaran hasil riset, maka Fakultas MIPA merupakan kelompok fakultas dengan persentase terbesar dalam memublikasikan jurnal nasional yang terakreditasi tahun 2007 (terlihat pada gambar 3) yaitu sebesar 36.8%, kemudian disusul kelompok Fakultas Teknik (24,74%%) dan Pertanian (14,23%). Untuk jenisjurnal internasional, kelompok Fakultas MIPA memublikasikan sebesar 37,46%%, menyusul Fakultas Teknik 25,61%.

Gambar 3. Sebaran Publikasi Menurut Jenis Publikasi & Fakultas
Kondisi semacam ini memperlihatkan bahwa untuk menuju perguruan tinggi berkelas dunia, mau tidak mau harus adanya perubahan secara kontinyu dan berkesinambungan dan lebih maju di bidang pendidikan agar terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang baik maka diperlukannya suatu Master Plan yang jelas dan terukur dan terencana hingga beberapa tahun bahkan beberapa dekade kedepan seperti halnya Malaysia tentang bagaimana pengembangan kurikulum Pendidikan Nasional yang baik. Pengembangan di bidang kurikulum itu sendiri dapat berupa pengembangan kurikulum pendidikan nasional yang multkulturalisme berbasis identitas lokal, spiritual, kepulauan dan berwawasan kebangsaan. Tidak hanya itu kerjasama penelitian lintas sektor dengan lembaga penelitian di luar perguruan tinggi atau kolaborasi riset terpadu dapat menjadi cara untuk menguatkan SDM iptek antar lembaga.

Ditulis oleh :

Prakoso Bhairawa Putera, Peneliti Muda bidang Kebijakan dan Administrasi (Kebijakan Iptek) – LIPI, dan Peserta Program Beasiswa Pascasarjana Ristek 2010 di Universitas Indonesia.

Publikasi: Biskom, Edisi Februari 2011

DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO): PARADIGMA BARU PENGELOLAAN PARIWISATA DAERAH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

Prakoso Bhairawa Putera, Sri Mulatsih, Sri Rahayu
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi -
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Gatot Subroto No. 10, Gd. Widya Graha Lt. 8, Jakarta
Telp. (021) 522508 ext. 699, Fax : (021) 5201602
E-mail: prak001@lipi.go.id, koko_p_bhairawa@yahoo.co.id

ABSTRAK

Now days, e-tourism, a part of the face of the development in tourism sector, begins to turn into new paradigm in management system which strongly needs more interactive information technology (IT). Within this paradigm, stakeholders of tourism sector in one region usually enhance the e-tourism with providing a solid tourism management through a system called Destination Management Organization (DMO). Based on this condition, this paper aims to analyze the framework of this new system which has been adopted in some regions in Indonesia. Using explorative analysis method, this paper finds that DMO in those regions basically still depends on the coordination tourism stakeholders, destination crisis management and destination marketing

Key Words: e-tourism, new paradigm, ict, dmo


Makalah ini telah dipublikasi pada Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009). Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta. ISSN: 1907-5022. Selengkapnya unduh diisini

BIODATA PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA

Fotografi, salah satu hobiku
PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA, memiliki nama pena Koko P. Bhairawa lahir di Tanjung Pandan (pulau Belitung), 11 Mei 1984. Setelah menamatkan pendidikan di SMU 2 Sungailiat (2002), ia melanjutkan studi pada jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP-Universitas Sriwijaya dengan kekhususan Kebijakan Publik. Tahun 2007, ia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dan menjadi lulusan terbaik. Gelar Magister Administrasi (M.A) ia peroleh dari Program Pascasarja Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia (2012). Ia pernah menjadi wartawan pelajar “AkSes” Bangka Pos Group.

2012 - Pas Photo
Selain itu ia juga aktif pada Lembaga Pers Mahasiswa ’Gelora Sriwijaya’ dan bertindak sebagai Pimpinan Redaksi pada Tabloid Mahasiswa “Indralaya Post” Universitas Sriwijaya dan pernah tergabung dalam Komunitas Pekerja Sastra Pulau Bangka (KPSPB) serta menjadi Koordinator Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Bangka-Belitung. Pada tahun 2006 ia dinobatkan sebagai Duta Bahasa tingkat Nasional oleh Pusat Bahasa.

Karyanya pernah menjadi juara: Bercerita Sekawanan Camar –Pemenang 1 Cipta Puisi tingkat Nasional 2001-2002, Megat Serimbun Daun—Pemenang 1 Lomba Dongeng Melayu propinsi Bangka Belitung 2002. Selain itu juga ia sering menjuarai lomba Cipta Puisi, Pantun dan Cerpen on line se-Sumatera. Diantaranya Bercerita Sekawanan Camar; episode 2—Pemenang 2 Cipta Puisi Online II se-Sumatera 2004, Bercerita Sekawanan Camar; episode 4--Pemenang Harapan Cipta Puisi Online IV se-Sumatera 2005, Cut Kuntum Juempa Mulai Mekar--Pemenang Harapan Cipta Puisi Online V se-Sumatera 2005. Cerpennya berjudul ”Nek Tie” menjadi Pemenang Harapan Lomba Cerpen se-Sumatera 2005. Pada tahun yang sama cerpen “Coklat di Negeri Pasir” terpilih menjadi salah satu nominator Lomba Cerita Pendek Kreatifitas Pemuda yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga – CWI. Tahun 2006, cerpen “Tempat yang Kami Rindukan Dahulu” terpilih sebagai Pemenang III dalam Lomba Cerita Pendek Mahasiswa se-Indonesia yang diadakan oleh Bahana Mahasiswa Univ Riau, dan cerpen “Aku Lelah Menjadi Cantik” menjadi nominator cerpen remaja terbaik di Balai Bahasa Palembang. Tahun 2008, karyanya ”Cupat Gantang” menjadi Pemenang III Sayembara Penulisan Cerita Rakyat tingkat Nasional.

Bahkan ia kerap menjadi pemenang pada lomba penulisan esai, artikel, dan karya tulis ilmiah tingkat nasional hingga saat ini, diantaranya: Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Hari Ulang Tahun ke-50 (Emas) SESKOAL tingkat Nasional 2012, dll.

Bahkan Finalis Remaja Berprestasi (RBA) tingkat Nasional versi Majalah Annida 2000 ini kerap menulis untuk media cetak Nasional dan Daerah.

Buku-bukunya (SASTRA):
prakoso bhairawa
  • Megat Merai Kandis -- Cerita Rakyat (2005),
  • La Runduma -- Antologi Cerita Pendek (2005),
  • Ode Kampung -- Antologi Puisi, Cerpen & Esai (2006),
  • 142 Penyair Menuju Bulan -- Antologi Puisi (2006),
  • Uda Ganteng No 13 -- Antologi Cerpen (2006),
  • Menggapai Cahaya -- Antologi Cerpen (2006),
  • Aisyah di Balik Tirai Jendela -- Antologi Cerpen (2006),
  • Medan Puisi -- Antologi Puisi (2007),
  • Asal Mula Bukit Batu Bekuray -- Cerita Rakyat (2007),
  • Ronas dan Telur Emas -- Cerita Rakyat (2008),
  • Tanah Pilih -- Antologi Puisi (2008),
  • Putri Bunga Melur -- Cerita Rakyat (2008),
  • Aku Lelah Menjadi Cantik -- Kumpulan Cerpen (2009),
  • Pedas Lada Pasir Kuarsa -- Antologi Puisi (2009),
  • Cerita Rakyat dari Palembang -- Cerita Rakyat (2009),
    Buku Pertama & Jalan Awal
  • Wajah Deportan -- Antologi Puisi (2009),
  • Pendekar Bujang Senaya -- Cerita Pendek (2010),
  • Mengenang Moh. Wan Anwar: Berjalan Ke Utara -- Antologi Puisi (2010)
  • Ujung Laut Pulau Marwah -- Antologi Cerpen (2010),
  • Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan -- Antologi Puisi (2010),
  • Antologi Puisi Penulis Lepas -- Antologi Puisi (2011)

Buku-Buku (Semi Ilmiah & Populer)
  • Teen World: Ortu Kenapa Sih? (2006), 
  • Ayo Ngeblog: Cara Praktis jadi Blogger (2010),
  • Membaca dan Memahami Cerpen (2010),
  • Titik Balik: Menerjang Rintangan Menggapai Masa Depan (2010)

Buku-buku (ILMIAH):
  • Sistem Inovasi Daerah: Inovasi Teknologi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Mohamad Arifin, Dudi Hidayat, Setiowiji Handoyo, Sri Mulatsih, Prakoso Bhairawa Putera, Dini Oktaviyanti, Galuh Syahbana Indraprahasta: 2013 - IPB Press)
    Studi CAS, 2011
  • Peta Riset Nasional (Mustangimah, Prakoso Bhairawa Putera, Setiowiji Handoyo, Muhammad Zulhamdani, Purnama Alamsyah, Malikus Zahar, & Entin Laelasari: 2012)
  • Model Sinergi Perguruan Tinggi & Lembaga Litbang (Mustangimah, Prakoso Bhairawa Putera, Setiowiji Handoyo, Muhammad Zulhamdani, Purnama Alamsyah, Malikus Zahar, & Ardiani Damaryanti: 2012)
  • Studi CAS (Complex Adaptive System) Proses Pembentukan Klaster Industri Pendukung Sistem Inovasi di Indonesia (LIPI Press, 2011)
  • Analisis Keterkaitan (Linkage) Antar Akademisi, Industri dan Pemerintah: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis dari Perspekstif Teori Kompleksitas (LIPI Press, 2011)
  • Analisis Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dalam Bingkai Ekonomi Berlandaskan Iptek (Knowledge Based Economy) (LIPI Press, 2009)
  • Technology Balance of Payment: Pengukuran Neraca Perdagangan Teknologi Indonesia (LIPI Press, 2009)
  • Kepemimpinan yang Berperspektif Gender (2009)
  • Bahasa & Sastra: Dalam Berbagai Perspektif (2008)
SIDa, 2013
Pada tahun 2009, Ia mendapat Penghargaan Anugerah Riset dan Teknologi dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Ia juga masuk dalam jajaran Penulis Muda Berbakat di ajang Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2009. Saat ini tercatat sebagai Peneliti Madya bidang Kebijakan dan Administrasi pada Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PAPPIPTEK-LIPI). Bidang kajian yang banyak dilakukan terutama dalam public policy khususnya terkait dengan kebijakan iptek dan inovasi, teknologi informasi dan komunikasi, kebaharian, kepariwisataan (kajian destination management system, destination management organization, e-tourism, dll) dan kajian di bidang pemerintahan. Selama 2010 - 2012 tercatat sebagai Mahasiswa Peserta Program Karya Siswa Kementerian Riset dan Teknologi di Universitas Indonesia pada program studi Magister Administrasi dan Kebijakan Publik.

KONTAK KO

hubungi Prakoso "koko" Bhairawa Putera di:

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi--
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jln. Jend. Gatot Subroto No. 10
Gedung A (PDII - LIPI) Lantai 4
Jakarta 12720


Telp: 021 -5251542 ext 4033


 Fax :021 - 5201602


prak001@lipi.go.id
prakoso.bp@gmail.com

Memanjakan Keluarga di Pantai Batu Karas

ADA pesona lain akhir pekan jika berkunjung ke wilayah Cijulang. Cijulang (Pangandaran) bukan hanya menyajikan keindahan Cukang Taneuh atau yang lebih dikenal dengan Green Canyon. Ada destinasi yang tak kalah asyiknya dan menawan untuk dikunjungi. Pantai Batu Karas dan Pantai Batu Hiu jawabannya.

AWAN berarakan di langit biru Pantai Batu Karang - Prakoso Bhairawa Putera
Pantai Batu Karas masih berada di kecamatan Cijulang. Potensi unggulan yang satu ini kondisinya semakin tertata dengan apik. Para penduduk dan pedagang yang cukup banyak jumlahnya mulai peduli dan sadar. Kebersihan yang selama ini dikeluhkan wisatawan kini tidak dirisaukan lagi.

Pantai ini sebenarnya menyajikan pesona yang luar biasa. Keunikan mulai terlihat, jika kita pada umumnya berwisata ke pantai maka pemandangan pantai berbentuk garis lurus sudah sangat biasa.

Nah, di destinasi ini terlihat istimewa dengan dilindungi dua perbukitan kecil yang membentuk garis pantai seperti setengah lingkaran. Tak cukup disitu saja, pantai menyajikan keasyikan tersendiri dengan ombaknya yang bersahabat, dengan hamparan pasir dan langit biru membuat nyaman untuk aktivitas renang bersama keluarga, surfing dan juga sekedar bersantai menikmati keceriaan akhir pekan. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dari Pangandaran, yaitu sekitar 34 kilo meter saja atau hanya dengan menempuh perjalanan sekitar 1 jam saja kita dapat menikmati keindahan Pantai Batu Karas.

Publikasi Pikiran Rakyat, 5 Februari 2010
Wisatawan domestik dan asing sangat menyukai destinasi ini, terutama bagi para penggila olahraga papan selancar. Keberadaan tebing di sisi kanan pantai menciptakan jalur ombak yang panjang sehingga cocok untuk olahraga air ini. Ombaknyapun tidak terlalu ekstrim, sehingga nyaman untuk peselancar pemula. Jika kita tertarik untuk mencoba, maka pelatih profesional siap membantu. Mereka hanya menarik bayaran sekitar Rp. 150.000,- untuk satu jam, dan perlu diingat biaya tersebut belum termasuk sewa papan selancar yang harganya Rp. 75.000,-.

Di kawasan pantai pun kita dapat menyewa beberapa fasilitas seperti banana boat dimana tiap orang akan dikenakan tarif tidak lebih dari Rp. 45.000,- dan untuk anak-anak serta orang dewasa yang memerlukan ban berenang, maka disediakan penyewaan dengan membayar sekitar Rp. 5.000,- hingga Rp. 10.000,- tergantung ukuran ban.

Untuk pengunjung yang membutuhkan ketenangan dan suasana nyaman dengan memandangi lautan, tidak perlu khawatir, sisi lain kawasan pantai memberikan suasana yang tidak kalah menarik, jika berjalan menuju perbukitan kecil maka hamparan laut lepas dengan birunya air terlihat jelas. Bahkan ombak putih yang pecah di bebatuan karang dapat mengobati kejenuhan aktivitas harian. Suasana di perbukitan ini semakin nyaman dengan banyaknya pohon-pohon yang menaungi sehingga terasa lebih sejuk.

Nah, tidak salah jika pilihan akhir pekan kali ini dengan memanjakan diri bersama anggota keluarga di Pantai Batu Karas, dan setelah berlibur, jangan lupa membeli buah tangan yang tersedia.**** (Prakoso B. Putera - Blogger dan Peminat Fotografi Wisata)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More