Nostalgian Kuliner di Kota Palembang

Kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat. (*Prakoso Bhairawa Putera)

ARAH PERUBAHAN UU IPTEK

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya.Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. (*Prakoso Bhairawa Putera)

Penyerahan Hadiah Pemenang LKTI Seskoal 2012

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE., menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Menuju Kejayaan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang Bervisi Maritim”.

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

Gegap gempita otonomi ternyata membawa konsekuensi logis dengan perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.(Esquire Indonesia, Juni 2013 *Prakoso Bhairawa Putera)

LEMBARAN ELEKTRONIK DARING

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberikan kemudahan dengan cara menggunakan peralatan atau metode kerja yang lebih canggih dengan menyajikan data-data yang telah diolah dan siap digunakan oleh pengguna untuk berbagai macam keperluan dalam rangka kelancaran aktivitas secara keseluruhan.

Perkembangan dalam metode pengelolaan arsip modern memiliki pendekatan yang dinamakan arsip elektronik atau sering disebut juga arsip digital. Arsip elektronik merupakan arsip yang sudah mengalami perubahan bentuk fisik dari lembaran kertas menjadi lembaran elektronik. Proses konversi arsip dari lembaran kertas menjadi lembaran elektronik disebut alih media. Proses alih media menggunakan perangkat komputer yang dibantu dengan perangkat scanner kecepatan tinggi.

Hasil alih media arsip disimpan dalam bentuk file-file yang secara fisik direkam dalam media elektronik seperti hard disk, CD, DVD dan lain-lain. Penyimpanan file-file ini dilengkapi dengan database yang akan membentuk suatu sistem arsip elektronik yang meliputi fasilitas pengaturan, pengelompokan, dan penamaan file-file hasil alih media. Keuntungan dari arsip elektronik adalah terdapatnya salinan arsip dalam bentuk elektronik, terjamin terekamnya informasi yang terkandung dalam lembaran arsip, kemudahan akses terhadap arsip elektronik, kecepatan penyajian informasi yang terekam dalam arsip elektronik, keamanan akses arsip elektronik dari pihak yang tidak berkepentingan, dan sebagai fasilitas backup arsip-arsip vital.

Sistem arsip elektronik merupakan otomasi dari sistem arsip manual. Oleh karena itu, sistem arsip elektronik sangat tergantung dengan sistem arsip manual. Sistem arsip elektronik tidak akan terbentuk tanpa ada sistem arsip manual.

Cabinet dan map virtual merupakan database yang meniru bentuk dari cabinet dan map nyata yang dipergunakan pada sistem kearsipan konvensional. Hanya bedanya, jika di dalam cabinet dan map nyata, kemampuan menampung arsip terbatas, tetapi jika pada cabinet dan map maya ini kemampuan menampung datanya tidak terbatas, yang membatasi adalah kemampuan fisik hard disk dalam menyimpan data digital. Sedangkan lembar arsip yang tersimpan di dalam map virtual, bisa berbentuk file dokumen atau gambar. File dokumen adalah file-file yang dibuat dari Microsoft Word, Excel, Powerpoint, dan sebagainya. Sedangkan file gambar adalah file yang berupa gambar sebagai hasil scanner atau import bitmap dari media yang lain. File gambar sebagai hasil scanner merupakan salah satu proses kegiatan alih media.

Pengertian alih media sebagaimana diatur dalam PP Nomor 88 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan ke dalam Mikrofilm atau Media lainnya adalah alih media ke mikrofilm dan media lain yang bukan kertas dengan keamanan tinggi, misalnya CDRom. Dengan demikian, alih media yang dimaksud adalah transfer informasi dari rekaman yang berbasis kertas ke dalam media lain dengan tujuan efisiensi.

Paradigma baru

Arsip lembaran elektronik yang hanya bisa diakses secara lokal, mulai dirasakan kurang sesuai dengan tuntutan globalisasi yang menghendaki akses bergerak dan bisa diperoleh dari mana pun. Terobosan baru dengan lembaran elektronik daring (online) menjadi solusi yang tepat. Konsep ini secara singkat sebenarnya hanya melanjutkan dari arsip elektronik dihubungkan dengan dunia maya (koneksi internet).

Pengelolaan lembaran arsip elektronik telah merepresentasikan materi sehingga dapat dibaca oleh mesin (komputer), kemudian disimpan, dipertahankan, serta diakses pada saat dibutuhkan secara lokal. Lebih luas lagi, konsep sistem pengelolaan arsip elektronik secara daring dapat diartikan juga sebagai perpustakaan digital. Dokumen yang disimpan pada internet server harus dapat diakses dari komputer mana pun yang terkoneksi dengan internet. Pengaksesan dokumen ditentukan oleh format dokumen yang dibuat pada proses digitalisasi.

Format tekstual yang disimpan pada server lembaran arsip elektronik daring sama seperti perpustakaan digital, yaitu dalam bentuk HTML (hyper-text markup language) sebagai bahasa presentasi dokumen pada halaman web dan *.pdf (portable document format) yang dibuat melalui teks prosesor Adobe Acrobat. Selain *.pdf, format tekstual lainnya yang digunakan secara luas adalah dari jenis postscript (*.ps).

Format dokumen elektronik lainnya yang banyak digunakan dan bersifat lebih generik adalah citra dengan ekstensi *.jpg, *.bmp, *.tiff ataupun *.png. Dokumen itu disebut generik karena dapat diakses melalui browser internet yang hampir selalu terinstalasi pada setiap komputer, seperti Netscape ataupun Internet Explorer. Selain itu, jenis dokumen image dapat dibuka dan diproses lebih lanjut melalui program-program photo editor, seperti: ACDSee, Paint, Adobe Illustrator ataupun Adobe Photoshop.

Lembaran elektronik dalam sistem multimedia, dapat juga disimpan dalam bentuk suara dan video. Bentuk lembaran elektronik suara yang digunakan secara luas berekstensi *.wav ataupun *.mp3. Bentuk dokumen video yang banyak digunakan adalah *.mpeg. Kehadiran dokumen-dokumen multimedia yang atraktif ini, memungkinkan interaksi antara manusia dan komputer membaik dan merupakan pendorong pemanfaatan dokumen elektronik, khususnya dalam dunia entertainment.

Kehadiran sistem lembaran elektronik dalam jaringan, menjadikan arsip dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Dengan demikian, penyebaran dan penggunaan arsip akan semakin luas. Tantangan yang mengiringi pengelolaan arsip secara daring adalah penyediaan sarana dan infrastruktur penyimpanan yang memadai serta layanan yang baik. Tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi melalui pemanfaatan teknologi open sources, serta layanan metadata.

Lembaran elektronik dalam jaringan memberikan manfaat untuk mengurangi efek duplikasi terhadap karya intelektual, karena bila terjadi duplikasi akan dengan mudah dan cepat diketahui, karena adanya pengarsipan secara daring.***

Tulisan ini telah dipublikasi di Pikiran Rakyat, edisi 25 Oktober 2010

NOSTALGIA KULINER DI KOTA PALEMBANG


Sudah lama rasanya tidak mencicipi kuliner khas Kota Palembang. Sesaat sebelum take off di Bandara Soekarno Hatta Jakarta awal Mei 2010 lalu, saya sudah tak sabar membayangkan makanan-makanan khas yang ingin saya cicipi setelah cukup lama meninggalkan Bumi Sriwijaya itu.

Maka sejak mendaratkan kaki di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat kalau sedang dapat rezeki lebih.

Nasi Goreng Bang Ali
Berhubung jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 21.35 WIB, maka saya meminta sopir taksi langsung meluncur ke Ilir Barat Permai. Sebuah hotel berbintang yang cukup nyaman dengan harga relatif terjangkau menjadi pilihan saya. Setelah membersihkan diri, maka saatnya mencari makan malam.

Sisa-sisa memori menuntun kaki saya menyusuri Jalan Mayor Ruslan, mendekati pusat perbelanjaan Internasional Plaza. Di sana akhirnya saya bertemu juga dengan “Nasi Goreng Bang Ali”. Nasi Goreng Bang Ali terkenal dengan ayam kampungnya yang disajikan sebagai pelengkap nasi goreng. Tempat makan ini buka mulai pukul enam sore hingga pukul tiga malam. Namun sayang, kali ini saya kurang beruntung karena ayam kampung yang terkenal gurih dan lezat itu sudah habis. Saya hanya kebagian hati ayamnya saja. Tak apalah, untuk hidangan malam sebelum tidur.

Tak hanya nasi goreng hati ayam kampung saja yang saya pesan, segelas es “Jeruk Kunci” menjadi pilihan saya. Soal harga jangan ditanya. Untuk semua makanan dan minuman yang saya pesan, saya hanya membayar enam belas ribuan saja.

Rumah Makan Ibat Daun

Siang keesokan harinya, giliran Jalan Soekarno-Hatta yang saya susuri. Setelah berkeliling melihat situs-situs purbakala, inilah saat yang tepat menyantap hidangan khas berikut yang sudah saya agendakan dalam hati. Aha, selamat datang ke “Rumah Makan Ibat Daun”!

Rumah Makan Ibat Daun memang sangat cocok untuk persinggahan makan siang. Lokasinya sekitar seratus meter dari persimpangan Bukit Besar. Suasana nan sejuk mirip perkampungan dengan kolam-kolam ikan, pepohonan, dan balai-balai lesehan membuat pengunjung betah berlama-lama. Lokasinya yang berada di pinggir Kota Palembang sangat tepat untuk pilihan makan bersama keluarga ataupun rekan kerja.

“Ibat Daun” sendiri diambil dari bahasa daerah Basemah, yang artinya “terbungkus daun”. Nasi yang dihidangkan di sini memang dalam kondisi terbungkus daun pisang. Singkat cerita, menu serba Basemah pun disajikan di sini, mulai dari berbagai jenis pindang, ikan goreng seluang, hingga sambal khas Basemah.

Hidangan kali ini benar-benar istimewa. Pilihan saya tertuju pada pindang ikan patin dengan ikan goreng seluang. Sedangkan rekan saya lebih memilih pindang tulang yang terkenal enaknya. Benar-benar menggugah selera! Soal harga, dijamin masih tetap terjangkau dibandingkan rumah makan dengan menu serupa di pusat Kota Palembang.

Martabak HAR

Nostalgia kuliner saya di Palembang akan diakhiri dengan menyantap “Martabak HAR”. Kali ini, saya berkesempatan mendatangi restoran pusat Martabak HAR yang telah memiliki banyak cabang di wilayah Palembang maupun luar kota. Lokasinya di seberang Masjid Agung Palembang yang sangat strategis karena memudahkan setiap pengunjung untuk mendatanginya. “HAR” yang menjadi kata di belakang martabak ini merupakan kependekan dari Haji Abdul Rozak yang tak lain adalah pemilik awal dari usaha ini.

Namun, jika Anda berkunjung ke Palembang, sebaiknya berhati-hatilah jika menemukan restoran Martabak HAR, karena banyak martabak yang sejenis ini dipalsukan oleh pihak-pihak lain. Untuk mencirikan restoran yang kita datangi sebagai cabang asli, maka di setiap kedai ataupun restoran Martabak HAR, perhatikanlah foto Haji Abdul Rozak. Bila foto Pak Haji terpampang, maka benarlah barang itu.

Empek-empek

Nah, berkeliling dan menikmati kuliner khas Kota Palembang sudah dituntaskan. Kini saatnya saya kembali ke Jakarta. Tetapi, eit, tunggu dulu! Sebelum take off, saya wajib membeli empek-empek palembang lebih dulu. Kalau tidak, bisa-bisa nanti kena marah handai tolan di Jakarta!

Berbicara Palembang, apalagi soal kulinernya, maka kita diwajibkan mendiskusikan empek-empek terlebih dahulu. Makanan yang satu ini, selain khas, juga sudah menjadi simbol Palembang. Anda tentu sudah pernah mendengar sebutan Palembang sebagai kota empek-empek. Karena itu, makanan gurih ini pun selalu dijadikan buah tangan turis jika mereka menyinggahi kota yang dibelah Sungai Musi ini.

“Kebudayaan empek-empek” terbentuk karena adanya keterikatan warga Palembang dengan Sungai Musi. Sungai yang mengalir sejauh 750 km dan merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera ini menjadi habitat terbaik bagi kawanan ikan belida (Hotopetrus chitala, H.B). Masyarakat setempat mengenalnya dengan iwak belido. Ikan belida sebagai salah satu sumber makanan di Palembang telah memunculkan tradisi pembuatan makanan berupa empek-empek sekaligus menjadi kearifan lokal yang khas dibanding daerah lain. Jenis ikan ini merupakan bahan baku pembuatan empek-empek berkualitas paling tinggi. Sayangnya, populasi belida tinggal 10% saja yang hidup secara bebas di perairan Sungai Musi.

Di Palembang, penjual empek-empek ditemukan hampir di setiap sudut kota. Pada pagi hari, para penjual sarapan juga menyediakan makanan ini sebagai pembuka kegiatan. Ah, rasanya saya tak perlu lebih banyak menceritakan empek-empek karena toh hampir seluruh orang Indonesia sudah mengenal makanan ini.

Ayo, tunggu apa lagi, kunjungi Palembang!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More