Nostalgian Kuliner di Kota Palembang

Kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat. (*Prakoso Bhairawa Putera)

ARAH PERUBAHAN UU IPTEK

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya.Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. (*Prakoso Bhairawa Putera)

Penyerahan Hadiah Pemenang LKTI Seskoal 2012

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE., menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Menuju Kejayaan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang Bervisi Maritim”.

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

Gegap gempita otonomi ternyata membawa konsekuensi logis dengan perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.(Esquire Indonesia, Juni 2013 *Prakoso Bhairawa Putera)

Riset Indonesia, Fokus Ke Mana?

Jakarta - Kita lebih mengenal 10 November sebagai hari Pahlawan. Padahal, dunia memperingatinya sebagai World Science Day. Sebenarnya, apa makna riset bagi peneliti? apa permasalahannya di Indonesia? dan bagaimana solusinya? Topik Riset mungkin tidak seksi bagi pendengar. Namun, permasalahan ini perlu diungkapkan agar masyarakat lebih mengenal apa itu riset.

LIPI mendapat kesempatan menjawabnya melalui “Indonesia Bersaing”, sebuah program milik Radio Sindo Trijaya FM pada 26 November 2013 lalu. Program talkshow tersebut menghadirkan narasumber Grace Simamora, MM dan Prakoso Bhairawa Putera dari Pusat Perkembangan Iptek LIPI.

"Riset berarti mencari kembali solusi permasalahan," ungkap Prakoso Bhairawa Putera. Menurut peneliti yang sudah mencapai jenjang Madya ini, seorang peneliti harus mampu mengubah problem menjadi solusi. "Riset yang dilakukan harus melihat seberapa besar dampaknya dan memastikan apakah hasil penelitian tersebut bermanfaat kepada masyarakat," ujarnya. “Hasil riset tidak bisa langsung diukur, hasilnya baru dapat dilihat dalam 3-4 tahun ke depan,” tambahnya.

Terkait dengan periset, Prakoso mengatakan bahwa syarat utama menjadi periset yang unggul itu harus telaten. “Untuk menjadi periset yang baik harus punya kepakaran. Menjadi peneliti adalah pilihan, konsekuensi harus diterima, harus pegang komitmen,” tegasnya.

Kepala Bidang Sistem Informasi Iptek, Grace Simamora, MM menyebutkan, berdasarkan data tahun 2012, periset Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya, hanya 1,72 per 10.000 populasi. Ia membandingkan dengan Malaysia yang telah memiilki 7,1 peneliti per 10.000 populasi; Singapura, 5,8 peneliti per 10.000 populasi (2009); Thailand 3,4 peneliti per 10.000 populasi (2009); Filipina, 1,3 peneliti per 10.000 populasi (2009). “Kepala LIPI selalu menyatakan bahwa, minimalnya peneliti kita adalah 1 % dari jumlah penduduk Indonesia, walaupun itu masih belum juga cukup,” ungkapnya. “Di sektor industri,  dari 27000 industri yang ada di Indonesia, hanya sekitar 300 di antaranya mengaku melakukan kegiatan penelitian,” tambahnya.

Grace juga mengatakan bahwa pada area tertentu, Indonesia punya yang diunggulkan. Misalnya pertanian dan bioteknologi. namun itu belum menjadi unggul di tingkat regional ataupun dunia.

Prakoso menyebutkan enam pilar pembangunan Iptek, di antaranya yaitu fokus pada bidang riset. “Kita tidak dapat mengambil semua area, tetapi sebaiknya melihat pada potensi yang ada, misalnya fokus Indonesia adalah pada bidang hayati,” tandasnya. Menurutnya, peningkatan kuantitas dan jumlah kualitas peneliti juga perlu terus ditingkatkan. “Perekrutan dan perubahan cara pandang menjadi penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas peneliti dan penelitian. Kita juga harus bangga menggunakan produk dalam negeri”, urainya.

“Mengenai strategi menghadapi tantangan global, sebenarnya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sudah menyusun startegi bagaimana Indonesia dapat berinovasi di 2015,” ujat Grace. Menurutnya, saat ini yang perlu diupayakan bersama adalah bagaimana mendorong industri menjadi penggiat riset, meningkatkan sinergi antar lembaga litbang, dan tentunya fokus menentukan dan mengerjakan riset.

Senada dengan pendapat Grace, Prakoso menambahkan, langkah yang harus diambil segera adalah meningkatkan jumlah, anggaran, dan memperhatikan proporsi kebutuhan.

Riset Indonesia, Fokus Kemana?

Jakarta, 29 November 2013 – Humas LIPI). Tantangan global pengembangan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di antara negara-negara di dunia ke depan terasa semakin sengit. Agar mampu bersaing, Indonesia setidaknya harus mampu memunculkan riset-riset yang diunggulkan. Artinya, Indonesia perlu menentukan arah riset/penelitian akan dibawa kemana?

“Pada area tertentu, Indonesia punya yang diunggulkan. Misalnya, pertanian dan bioteknologi. Sayangnya, hal itu belum menjadi unggul di tingkat regional maupun dunia,” ungkap Kepala Bidang Sistem Informasi Iptek sekaligus Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) LIPI Nani Grace Berliana, M.Hum saat menjadi narasumber Program Talkshow “Indonesia Bersaing” di Radio Sindo Trijaya 10.46 FM, Selasa (26/11) lalu. Program talkshow tersebut selain menghadirkan Nani Grace Berliana sebagai narasumber, hadir pula Peneliti Pappiptek LIPI lainnya Prakoso Bhairawa Putera.

Prakoso menambahkan, ada enam pilar pembangunan Iptek, di antaranya adalah fokus pada bidang riset. “Bidang riset memiliki cakupan luas. Kita tidak dapat mengambil semua area, tetapi sebaiknya melihat pada potensi yang ada, misalnya fokus Indonesia adalah pada bidang hayati, selain melihat pula bidang-bidang lainnya,” tandasnya.

Selain menentukan fokus, lanjutnya, Indonesia juga perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas peneliti. “Perekrutan dan perubahan cara pandang menjadi penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas peneliti dan hasil penelitiannya. Kita juga harus bangga menggunakan produk dalam negeri dari hasil riset”, terangnya.

Masih Minim

Di lain hal, Grace, panggilan akrab Nani Grace Berliana menyebutkan bahwa peneliti atau periset Indonesia masih sedikit atau minim jumlahnya, hanya 0,08 persen dari jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data tahun 2012. Padahal, minimalnya 1 persen dari jumlah penduduk Indonesia, walaupun itu masih belum cukup.

“Sementara pada sektor industri, sebanyak 27.000 industri yang ada di Indonesia, hanya 300 di antaranya mengaku melakukan kegiatan penelitian,” ungkapnya. Hal itu tentu menjadi keprihatinan tersendiri.

Menurut Grace, saat ini yang perlu diupayakan bersama adalah bagaimana mendorong industri menjadi penggiat riset, meningkatkan sinergi antar lembaga Litbang (Penelitian dan Pengembangan), dan tentunya fokus menentukan serta mengerjakan riset.

Selain itu, Prakoso menambahkan, langkah yang harus diambil segera adalah meningkatkan jumlah, anggaran, dan memperhatikan proporsi kebutuhan riset.

“Riset yang dilakukan harus melihat seberapa besar dampaknya dan memastikan apakah hasil penelitian tersebut bermanfaat kepada masyarakat. Walaupun hasil riset tidak bisa langsung diukur tetapi hasilnya akan terlihat dalam jangka waktu tiga hingga empat tahun ke depan,” jelasnya. (de)

Sumber: http://www.lipi.go.id/www.cgi?berita&1385710790&&2013, edisi 29 Nov 2013

PEMENANG LOMBA PENULISAN DAN FOTO IPTEK 2013

Pemenang Penulisan Iptek 2013 Kategori Penulis
Setelah batas akhir penerimaan naskah Lomba Penulisan dan Foto Iptek, ratusan naskah yang masuk diseleksi oleh Tim Seleksi dari Mapiptek dan Ristek. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada dewan juri yang terdiri dari Prof. DR. Benyamin Lakitan, Staf Ahli Menristek Bidang Pangan dan Pertanian, Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Vice President Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), dan Prof. Dr. Ir. Carunia Mulya Firdausy, MA, APU, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dari kriteria penilaian artikel yaitu bahasa, substansi, deskripsi, investigasi, analisa dan solusi akhirnya Dewan Juri sepakat menentukan pemenang lomba.

Juara satu kategori wartawan diraih oleh Nawa Tunggal (Kompas) dengan artikel berjudul ”Verti-board” untuk ”Vertical Green Wall” (terbit di Kompas, Senin 29 Oktober 2012) dengan nilai 226. Artikel berjudul Dari Angkasa Menaksir Pajak (Majalah Tempo, edisi 11 Agustus 2013) yang ditulis oleh Mahardika Satria Hadi menyabet juara dua dengan nilai 225. Sementara juara tiga diraih oleh Ani Nursalikah (Republika) dengan artikel Manta, Si Pemakan Sampah (Republika, 04 Maret 2013).

Juara satu kategori penulis diraih oleh Posman Sibuea, Guru Besar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas, dengan artikel berjudul BBM, Raskin, dan Pangkin (Suara Pembaruan, Rabu 19 Juni 2013) dengan nilai 228. Prakoso Bhairawa Putera, Peneliti Muda Bidang Administrasi dan Kebijakan Iptek, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meraih juara dua dengan artikel berjudul Arah Perubahan UU Iptek (Republika, Sabtu, 29 Juni 2013). Juara tiga diraih oleh Dr. Muhammad Evri, Peneliti Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) dengan artikel Darurat Kebakaran Hutan (LKBN Antara, 11 Juli 2013) dengan nilai 218.

Untuk menilai peserta lomba foto iptek, Prof. DR. Benyamin Lakitan dibantu oleh Itta Wijono, Fotografer Senior dan Ardito M Kodijat, Program Officer Unesco. Kriteria penilaian yaitu mengilustraikan inovasi, human interest, originalitas objek, komposisi foto, dan aspek warna, pencahayaan, serta teknik foto.

Dewan Juri pun memilih foto dari Iwan Setiyawan, berjudul Demonstrasi robot Imitabot di pameran Gelar Ilmu Universitas Indonesia 2012 (Kompas, Jumat 14 September 2012) sebagai juara pertama. Juara kedua diraih oleh Totok Wijayanto dengan judul foto Robot pesawat hasil rakitan Komunitas Robot Indonesia yang dimuat di Kompas, Minggu 4 Agustus 2013. Sedangkan juara ketiga diraih oleh Hendra A Setyawan dengan judul foto Senjata Penembak Jitu Buatan PT Pindad (Kompas, 22 Maret 2013).

Penyerahan hadiah telah dilakukan pada acara penutupan RITECH EXPO di lapangan parkir Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta pada 1 September 2013.

Science & Technology and Innovation Policies in Science & Technological Research, Development, and Implementation


PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA AND LINA MIFTAHUL JANNAH 
Indonesian Institute of Science (LIPI), Universitas Indonesia 
prak001@lipi.go.id, miftahul@ui.ac.id 

Abstract
This article analyses the observation of science & technology (Iptek) and innovation policies in activities of science and technological research, development, and implementation. Science & technology and innovation policies become an important study subject since in some countries this field gives positive effect to competitiveness of a nation. Qualitative approach was selected in studying science & technology and innovation policy in Indonesia since its appropriation with the objective of portraying national policy in science & technology and innovation. Method employed was content analysis qualitative with framing analysis, which in this study refers to concept of science & technological research, development, and implementation. The results of this study shows that national policy of Indonesia during 2000-2011 period were less supportive to development, research, diffusion, and implementation of technology in regions, proven by evidence that there was only few policies supporting the system implementation of science & technological research, development, and implementation in Indonesia. 
Keywords: science & technology, innovation, research & development, policy 

Abstrak.
Artikel ini menguraikan tinjauan kebijakan ilmu pengetahuan & teknologi (iptek) dan inovasi dalam kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek. Kebijakan iptek dan inovasi menjadi penting untuk dikaji karena dibeberapa negara bidang ini memberikan pengaruh terhadap daya saing suatu negara. Pendekatan kualitatif dipilih untuk mengkaji kebijakan iptek dan inovasi di Indonesia karena sesuai dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai potret kebijakan nasional bidang iptek dan inovasi. Metode yang dipergunakan adalah analisis isi (content analysis) yang bersifat kualitatif dengan pembingkaian (framing analysis) yang dalam studi ini kerangkanya merujuk pada konsep penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek. Berdasarkan hasil studi ini terungkap bahwa kebijakan nasional Indonesia selama periode 2000 – 2011 kurang berpihak pada pengembangan, riset, difusi, dan penerapan teknologi di daerah, terbukti dengan keberadaan kebijakan terkait pelaksanaan sistem penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek di Indonesia yang masih sangat minim. 
Kata Kunci: ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), inovasi, penelitian dan pengembangan, kebijakan

Publikasi: International Journal of Administrative Science & Organization, Volume 19, Number 3, September 2012.  Accredited by DIKTI Kemendiknas RI No : 64a/DIKTI/Kep/2010

Lomba Penulisan Esai Tahun 2013

Menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 68 Republik Indonesia, Sekretariat Kabinet Republik Indonesia menyelenggarakan Lomba Penulisan Esai yang akan mengambil tema “Peran Kredit Usaha Rakyat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”.

Wakil Sekretaris Kabinet, Ibnu Purna mengatakan bahwa Lomba Penulisan Esai ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai program-program pemerintah khususnya untuk kesejahteraan rakyat. “Kita tahu bahwa program Kredit Usaha Rakyat yang pertama kali digulirkan oleh Presiden SBY pada tahun 2007 telah banyak cerita sukses di balik penyaluran KUR kepada usaha kecil di berbagai daerah, kata Ibnu Purna.

Selanjutnya Ibnu Purna mengatakan bahwa untuk itu agar masyarakat semua lapisan lebih memahami tentang Kredit Usaha Rakyat, Sekretariat Kabinet RI berinisiatif untuk melaksanakan Lomba Penulisan Esai.

Pemerintah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2013 sebesar Rp. 36 Triliun sampai dengan bulan April 2013. Bank Nasional yang menyalurkan KUR yaitu (1) Bank Negara Indonesia (BNI), (2) Bank Rakyat Indonesia (BRI), (3) Bank Mandiri, (4) Bank Tabungan Negara (BTN), (5) Bank Bukopin, (6) Bank Syariah Mandiri, (7) Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah).

Ketua Panitia Pelaksana, Thanon Aria Dewangga menambahkan Lomba Penulisan Esai dilaksanakan dalam tiga kategori :

Lomba ini dibagi menjadi 3 Kategori :

1.Kategori Pelaku Usaha

Sub Tema : Pengalaman (kisah sukses) Pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam Meningkatkan

Kesejahteraan  Rakyat

2.Kategori Umum

Sub Tema : Prospek dan Tantangan Kredit Usaha Rakyat sebagai Program Penanggulangan

Kemiskinan

3. Kategori Mahasiswa

Sub Tema :

a.  Strategi komunikasi yang efektif dalam rangka optimalisasi program Kredit Usaha Rakyat.
b. Pemanfaatan media sosial untuk mengkomunikasikan program Kredit Usaha Rakyat.
c. Gagasan baru dalam berwirausaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Total hadiah Rp. 135 juta rupiah dengan masing-masing kategori :

1. Hadiah Utama Uang Tunai Rp.20 juta Rupiah + Penghargaan

2. Hadiah Kedua Uang Tunai Rp. 15 juta rupiah +  Penghargaan

3.  Hadiah Ketiga Uang Tunai Rp. 10 juta rupiah + Penghargaan

Waktu Pelaksanaan :

a. Batas Akhir Pengiriman Essay : 17 Agustus Pukul 24.00 WIB

b. Seleksi Essay Yang Masuk : 19 s.d. 23 Agustus 2013
c. Penjurian : 26 – 30 Agustus 2013
d. Pengumuman Pemenang : 2 September 2013
e. Penyerahan Hadiah : 9 September 2013

Informasi selanjutnya dapat di lihat di web site Sekretariat Kabinet RI www.setkab.go.id

Arah Perubahan UU Iptek


PRAKOSO BHAIRAWA PUTERA
Civitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Beberapa pekan terakhir, Kementerian Riset dan Tek nologi (KRT) giat-giat nya melaksanakan uji publik naskah akademik RUU Sistem Inovasi Nasional/Amandemen UU No18 Tahun 2002. Layaknya mekanisme uji publik, sejumlah daerah dan pemangku kepentingan terkait dengan iptek dan inovasi telah disambangi untuk mendapatkan masukan. Bahkan, naskah akademik tersebut di-publish di website ristek.go.id untuk mendapatkan pandangan dari masyarakat. 

Namun menariknya, UU yang telah ada sejak 13 tahun lalu ternyata masih tidak dikenal oleh sebagian komunitas iptek. Bahkan, hasil penelitian dari Pappiptek LIPI 2009 dan 2011, terungkap mereka (komunitas iptek) di daerah tidak mengenal UU No 18/2002, demikian juga dosen dan peneliti di perguruan tinggi.

Wajar saja jika respons rencana perubahan UU yang menjadi payung penyelenggaraan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek di republik ini tidak seheboh UU Pemda atau UU lainnya. Bagaimana tidak? Keberadaan UU itu pun tidak idol di kalangannya sendiri apalagi berharap dari luar kalangan itu. Padahal, pada sejumlah kesempatan, ketika SBY bertemu masyarakat ilmiah pada 2010 dan perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2012, selalu menekankan untuk menjadikan bangsa Indonesia menguasai iptek. Dengan tegas SBY menyampaikan, "Kita harus bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa. Kita harus bisa menjadi innovation nation-bangsa inovasi! Rumah bagi manusia-manusia yang kreatif dan inovatif." 

Menyadari keinginan yang kuat dari SBY tersebut maka Menteri Riset dan Teknologi bersama-sama perangkatnya merespons dan memandang penting untuk melakukan perubahan terhadap UU Iptek sebagai landasan pijak. Terlepas dari quick response tersebut, jika dibaca secara seksama maka secara konten UU No 18/2002 memang sudah ketinggalan zaman. Di mana, UU tersebut disusun dalam nuansa iptek masih sangat do minan sifat supply-push sehingga kurang selaras dengan orientasi demand-driven yang menjadi roh dari sistem inovasi. 

Walaupun disadari juga terminologi demand-driven sangatlah beragam, tetapi intinya adalah pengembangan iptek diarahkan untuk memenuhi realita kebutuhan atau persoalan nyata yang tengah dihadapi. Ini tentunya selaras juga dengan semangat Pasal 31 ayat (5) UUD 1945, memosisikan iptek untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. 

Dari naskah akademis yang sedang dilakukan uji publik saat ini, ternyata titik tekan perubahan merujuk pada materi kebijakan penguatan inovasi yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu Perpres No 32/2011, Keputusan Menristek tentang arah penguatan sistem inovasi nasional, Bab IV Buku II RPJMN 2010- 2014. Kondisi tersebut mengindikasi bahwa perubahan UU No 18/2002 tidak lebih dari penyesuaian atas kebijakan yang ada, atau dalam kalimat naskah akademis tersebut "diarahkan untuk mengakomodasi upaya penguatan inovasi" yang notabene sudah terdapat pada tiga dokumen regulasi terdahulu. 

Perubahan UU No 18/2002 fokus pa da empat hal, pertama, penguatan jaring an rantai (interaksi sinergis) institusi publik, lembaga ristek, universitas, dan swasta. Kedua, peningkatan hasil, pendayagunaan, rekayasa inovasi-pengembangan, difusi, dan pemanfaatan teknologi. Ketiga, peningkatan penerapan dan diseminasi hasil penelitian, pengembangan, dan penerapan (temuan/teknologi baru dan produk inovatif yang mempunyai nilai ekonomi) agar dapat dirasakan masyarakat. Dan keempat, ruang lingkup kegiatan inovasi adalah NKRI. 

Secara khusus, isu penting dalam kegiatan litbang sudah coba diakomodasi, seperti dengan memasukkan pasal mengenai perjanjian pengalihan bahan (material transfer agreement atau MTA). Keberadaan pasal ini penting meng ingat sejumlah kasus klaim atas sumber daya hayati, sampel, atau spesimen khas Indonesia oleh pihak asing. Pasal MTA mempertegas kembali Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture yang telah ada pada UU No 4/2006. 

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya. Pasal 11 UU No 18/2002 sumber daya iptek disebutkan dengan tidak lugas, yaitu terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia, dan pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana iptek. Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Jika perubahan ini semangatnya untuk mengakomodasi upaya penguatan inovasi maka harus memperhatikan penguatan aliran pengetahuan dan mobilitas human capital (Bab IV Buku II RPJMN 2010-2014), meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kesejahteraan SDM (Jakstranas Iptek 2010-2014), dan sistem remunerasi peneliti (MP3EI). Kesemuanya merujuk pada sumber daya peneliti dan perekayasa. 

Proses uji publik memang sedang berlangsung sampai KRT (sebagai pengusul) mencapai bentuk ideal dari perubahan UU. Untuk pada tahap selanjutnya, tentulah dukungan dan energi positif dari seluruh komunitas iptek dan pemangku kepentingan lainnya sangat dibutuhkan.

MAKNA DIBALIK NAMA "BHAIRAWA"

sumber: http://richo-docs.blogspot.com
MEMILIKI nama yang tidak umum alias tidak pasaran cenderung membuat diri bertanya-tanya. Mungkin nama tengah dari saya rada tidak umum didengar dan ditulis. Yah, paling tidak sudah banyak kejadian yang menjadikan nama tengah saya terkadang tidak sama ditulis. Hal ini sering terjadi ketika pemesanan tiket pesawat via telephon ataupun pengetikan pada sitasi karya tulis ilmiah.

"BHAIRAWA" itulah nama tengah saya. Sejak SD saya sudah bertanya kepada bapak tentang makna kata tersebut, tetapi bapak selalu saja mengatakan "Kamu harus cari artinya sendiri!". "Kenapa harus cari sendiri?" tanya koko kecil waktu itu. Bapak hanya santai saja menjawab, "Dengan kamu mencari sendiri dan mengetahui makna ataupun arti dari kata itu maka kamu akan bertanggung jawab atas nama itu". Coba bayangkan, anak seusia SD kelas 5 yang tiba-tiba bertanya makna kata di namanya harus disodorkan jawaban semacam itu. Tapi itulah bapak, selalu mengajak diskusi koko kecil tentang hal-hal baru atas pertanyaan anaknya ini.

Oke,.kembali ke "BHAIRAWA",..akhirnya setelah sekian lama galau dengan makna kata tersebut, diakhir tahun 2009 saya baru menemukan kata itu pada sebuah tanda nama arca di sebuah museum di Jakarta. Arca Bhairawa adalah namanya. Ia merupakan sebuah koleksi patung batu raksasa berukuran tinggi 4,41 meter dan berat 4 ton dan terbuat dari batu andesit. Arca raksasa ini aslinya terletak di bukit di tengah persawahan di kompleks percandian Padang Roco, Dharmasraya, Sumatera Barat, menghadap ke arah timur dan dibawahnya mengalir sungai Batanghari. Berdasarkan sejumlah yang ada, disebutkan bahwa Arca ini menggambarkan "Bhairawa", suatu dewa-raksasa dalam aliran sinkretisme Tantrayana, yaitu pengejawantahan Siwa sekaligus Buddha sebagai raksasa yang menakutkan. Arca ini dikaitkan sebagai perwujudan Raja Adityawarman karena ia adalah penganut Buddha aliran Tantrayana Kalachakra.

Namun, pencari makna "Bhairawa" tidak berhenti sampai disana. Berdasarkan sejumlah pencarian baik di perpus ataupun di jejaring, saya pun menemukan sejumlah penjelasan yang sangat lengkap dan membuat saya semakin penasaran akan makna nama itu. Setelah dari arca, maka nama "Bhairawa" saya temukan di salah satu artikel terbitan Majalah Hindu Raditya di bulan Oktober 2012. Artikel tersebut ditulis oleh I Wayan Miasa dengan judul "BHAIRAWA-BHAIRAWI DAN JEJAK TRADISINYA DI BALI". Kali ini saya kutip semuanya tanpa adanya editan.
Menurut maknanya “bhairawa” berarti menakutkan atau mengerikan. Bhairawa merupakan salah satu perwujudan Dewa Siwa dalam aspek peleburan dengan perwujudan yang sangat menyeramkan. Bhairawa juga dikenal dalam berbagai bahasa dengan berbagai sebutan, misalnya: Bhairava (Sanskrit), Bheruji (Rajasthan), Vairavar (Tamil) dan bila semua kata tersebut dihubungkan aspek Dewa Siwa, maka makna kata Bhairawa berarti “peleburan”.
Membaca artikel di majalah tersebut membuat saya semakin ngeri dengan cerita dibalik nama itu sendiri. Singkatnya menurut cerita masyarakat Hindu di daerah Rajasthan, Tamil Nadu dan Nepal bahwa kemunculan Bhairawa berkaitan erat dengan penghukuman Dewa Brahma. Cerita lengkapnya baca langsung di artikel Majalah Hindu Raditya (caranya klik kanan di link Majalah Hindu Raditya pada posting ini). Menurut cerita bahwa Bhairawa memiliki delapan perwujudan, seperti “Kala”(hitam), “Asitanga” (berbibir hitam), “Sanhara” (penghancuran), “Ruru”(cicing borosan), “Krodha”(kemarahan), “Kapala”(tengkorak), “Rudra”(badai), dan “Unmatta”(kekejaman).

Dari sumber lain saya mendapatkan bahwa "Bhairawa" dalam bahasa Sanskerta: भैरव, yang artinya "Mengerikan" atau "Menakutkan", kadang disebut Bhairo atau Bhairon atau Bhairadya, Bhairawa adalah salah satu perwujudan Siwa dalam bentuk yang menakutkan, dihubungkan dengan tindakan pemusnahan atau pembinasaan.Dia adalah salah satu dewa terpenting di Rajasthan dan Nepal, disucikan oleh umat Hindu dan Buddha Tantrayana. Ia digambarkan berhiaskan belitan ular yang dikenakan sebagai anting, gelang, gelang kaki, dan tali kasta (yajnopavita). Ia mengenakan cawat kulit harimau dan berhiaskan rangkaian tengkorak manusia. Bhairawa memiliki seekor serigala sebagai wahana (kendaraan). (Sumber posting http://id.wikipedia.org/wiki/Bhairawa)

Berdasarkan sumber lain terungkap juga bahwa "Bhairawa" merupakah salah satu paham. Bagaimana kemunculan paham ini, simak kutipan langsunga berikut:
Konsep Dewi itu muncullah Saktiisme yaitu suatu paham yang mengkhususkan pemujaan kepada Sakti yang merupakan suatu kekuatan daripada Dewa. Di dalam konsep monodualis bahwa Nirguna Brahma dalam Dewa bersifat pasif yang juga disebut Dewi. Dari sini muncullah istilah Dewa dan Dewi atau Bhatara-Bhatari yang oleh pikiran manusia dipandang sebagai manifestasi tersendiri dan juga dipersonifikasikan dalam imajinasi manusia secara tersendiri pula. Para pemuja sakti ini disebut Sakta.

Dalam perkembangannya lebih lanjut daripada Saktiisme ini, maka muncullah Tantriisme yaitu suatu paham yang memuja Sakti secara ekstrim. Para penganut paham ini disebut Tantrayana. Istilah “Tantrayana” berasal dari akar kata “tan” yang artinya ‘memaparkan kesaktian “atau” kekuatan daripada Dewi itu”. Di India penganut Tantriisme lebih banyak terdapat di India-Selatan daripada di India Utara. Kitab-kitab yang memuat ajaran Tantrayana banyak sekali, kurang lebih ada 64 macam antara lain Mahanirwana Tantra, Kulanarwana Tantra Bidhana, Yoginihrdaya Tantra, Tantrasara dan lain sebagainya. Tantrayana berkembang luas sampai ke Cina, Tibet dan Indonesia. Dari Trantriisme muncullah suatu paham Bhairawa yang artinya “hebat”. Paham Bhairawa secara khusus memulai kehebatan daripada Sakti dengan cara-cara yang spesifik. Bhairawa inipun berkembang sampai ke Cina, Tibet dan Indonesia.

Di Indonesia masuknya Saktiisme, Tantriisme dan Bhairawa dimulai sejak abad ke-7 melalui kerajaan Sriwijaya di Sumatera sebagaimana diberikan persaksian oleh prasasti Palembang tahun 684, berasal dari India Selatan dan Tibet. Dari peninggalan purbakala dapat diketahui ada tiga macam Bhairawa yaitu: Bhairawa Heruka yang terdapat di Padang Lawas-Sumatera Barat, Bhairawa Kalacakra yang dianut oleh Kertanegara, raja Singosari - Jawa Timur serta oleh Adhityawarman pada zaman Gajah Mada di Majapahit dan Bhairawa Bhima di Bali yang arcanya kini ada di pura Kebo Edan Bedulu Gianyar. Aliran-aliran Bhairawa ini mempunyai tendensi politik guna mendapatkan kharisma besar yang diperlukan dalam pengendalian pemerintahan dan menjaga keamanan negara (baca kerajaan). Maka dari itulah Bhairawa ini diikuti oleh raja-raja dan petinggi pemerintahan serta tokoh-tokoh masyarakat saja pada zaman dahulu.
Nah, karena saya meyakini bahwa nama yang diberikan oleh para orang tua bagi anak-anaknya adalah sebuah hadiah yang tiada tara, maka saya memandang makna "Bhairawa"pada nama tengah saya sebagai makna yang baik dan tulus. Sehingga saya bisa mensimpulkan bahwa "Bhairawa" itu adalah "Peleburan" dan "hebat".

TINGKAT KOLABORASI PENELITI PADA PROGRAM INSENTIF “SEMI TOP-DOWN” KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI, TAHUN 2008—2010

Setiowiji Handoyo, Prakoso Bhairawa Putera
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi -
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

SARI KARANGAN

Program insentif Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) merupakan stimulus dalam rangka peningkatan kolaborasi penelitian di Indonesia. Kolaborasi riset menjadi jembatan kerjasama antar peneliti atau organisasi, baik dalam hal sumber daya manusia, peralatan, dana, gagasan, dan lain sebagainya melalui dukungan pendanaan dari KRT. Guna mengetahui gambaran kegiatan riset-riset yang dibiayai dari Program Insentif maka penelitian ini dilaksanakan. Tujuan lain riset ini adalah untuk melihat bagaimana tingkat kolaborasi/kerjasama riset yang dilakukan oleh para peneliti yang melakukan kegiatan insentif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan data kuantitatif. Sumber data berasal dari pengelola program insentif KRT. Analisis dilakukan terhadap seluruh kegiatan insentif yang dibiayai oleh program insentif KRT selama tahun 2008—2010. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dari 1.226 kegiatan yang dilaksanakan pada program insentif KRT tahun 2008-2010 kegiatan terbesar dilakukan pada jenis insentif riset terapan (498 kegiatan). Sedangkan menurut bidang fokus, kegiatan terbanyak berada pada kelompok bidang ketahanan pangan (386 kegiatan) dan menurut bidang ilmu berada pada kelompok bidang ilmu rekayasa (553 kegiatan). Tingkat kolaborasi peneliti pada kegiatan insentif didapatkan 20,43% dilakukan secara berkolaborasi oleh dua orang peneliti atau lebih.

Kata kunci: Kolaborasi, Program Insentif KRT, Jenis Insentif, Bidang Fokus, Bidang ilmu

A B S T R A C T

Incentive programs the Ministry of Research and Technology (KRT) is a stimulant in order to increase collaborative research in Indonesia. Collaborative research to be a bridge of cooperation between researchers and organizations, both in terms of human resources, equipment, funds, ideas, and so forth, all through the funding support of KRT. In order to reveal the research activities financed from the Incentive Program, the research was conducted. Another objective of this research is to see how the level of collaboration/cooperation on research conducted by the researchers conducting incentive. This research is a descriptive study using quantitative data. Source data from KRT incentive program managers. Analysis was performed on all activities financed incentive incentive program KRT during 2008-2010. The results of this study concluded that from 1226 the activities carried out in the years 2008-2010 incentive program KRT greatest activity conducted applied research on the types of incentives (498 events). Meanwhile, according to the focal plane, most activities are in the areas of food security (386 events) and according to science should be in the field of engineering sciences (553 events). Collaboration of researchers at the activity level incentives earned 20.43% done in collaboration by two or more researchers.

Keywords: Collaboration, KRT Incentive Program, Incentive Type, Focus Areas, Field of science

Publikasi pada Jurnal Ilmiah "Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang" Volume 10, No. 2 Tahun 2012, Halaman 99--14

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT SPESIFIK LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: IMPLEMENTASI MODEL ACSI

Budi Triyono dan Prakoso Bhairawa Putera

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi –
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jln. Jend. Gatot Subroto No. 10, Gd Widya Graha Lantai 8, Jakarta 12720
Email: prak001@lipi.go.id, prakoso.bp@gmail.com

Abstract

Law number 25 year 2009 concerning Public Service highlights one important thing about Community Satisfaction Index (CSI). CSI becomes an important aspect to see the extent to which Unit of Organization is able to provide excellent service. CSI measurement is generally refer to the Ministry of Administrative Reform Decision Number KEP/25/M.PAN/2/2004 concerning General Guidelines to Measure Community Satisfaction Index. However, the measurement is felt less suitable for research institute organizations and development (R & D). Institute for R & D organization has specific characteristics that require measurement-oriented CSI such specificity. This paper provides a concept of development of CSI is more suitable measurement implemented for R & D institutions in Indonesia. The concept is oriented towards the development of measurement products and services R & D, product and service performance of R & D services, the performance of the delivery staff, accessibility, communication,satisfaction with services R & D products and services, the impact of satisfaction, and improved services.
Keywords: CSI, Public Service, Institute for Research and Development, Reforms

 Abstrak

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menggaris bawahi salah satu hal penting mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Keberdaan IKM menjadi penting untuk melihat sejauh mana unit organisasi mampu memberikan pelayanan prima. Pengukuran IKM yang umumnya digunakan merujuk pada KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat. Pengukuran tersebut dirasakan kurang cocok digunakan untuk lembaga organisasi penelitian dan pengembangan (litbang). Lembaga Organisasi litbang memiliki karakteristik khusus sehingga membutuhkan pengukuran IKM yang berorientasi pada kekhususan tersebut. Makalah ini memberikan konsep pengembangan pengukuran IKM yang lebih cocok diimplementasikan bagi lembaga litbang di Indonesia. Konsep pengembangan pengukuran ini berorientasi pada penggunaan produk dan jasa litbang, kinerja layanan produk dan jasa litbang, kinerja staf penyelenggaran, aksesibilitas, komunikasi, kepuasan terhadap layanan produk dan jasa litbang, dampak kepuasan, dan perbaikan layanan.

Kata kunci: IKM, Pelayanan Publik, Lembaga Litbang, Reformasi
Publikasi Jurnal Borneo Administrator , Volume 9, No. 1 Tahun 2013: Halaman 53--74

BEASISWA PENULISAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI), ADAKAH???

TULISAN ini hadir karena adanya pertanyaan dari salah satu pengunjung blog yang ingin mengetahui tentang beasiswa penulisan tugas akhir terutamanya skripsi. 

Terus terang saya memang belum terlalu familiar dengan istilah beasiswa untuk skripsi, karena umumnya beasiswa penulisan akhir itu diberikan kepada mahasiswa S2 atau S3 yang sedang menyelesaikan tesis atau pun desertasi. Namun, setelah saya berusaha mencari-cari dari google maka saya menemukan beberapa informasi yang mungkin baik untuk di share di blog ini.

  1. Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini sedang membuka pendaftaran Bantuan Dana Pembinaan Mahasiswa Mahasiswa Tahun 2013. Salah satu programnya adalah pembinaan terhadap mahasiswa berprestasi tapi secara ekonomi kurang mampu dalam menyelesaikan tugas akhir. Persyaratan buka dilink berikut ini: Form Pendaftaran dan Persyaratan Pengajuan Beasiswa.
  2. Dalam rangkaian ulang tahun Mizan ke-30 ini, Mizan kembali meluncurkan program Beasiswa Mizan. Program ini telah menjadi tradisi lama Mizan. Namun dalam beberapa tahun terakhir sempat vakum. Pada era 90-an, beasiswa Mizan menjadi daya tarik tersendiri para mahasiswa tingkat akhir. Mereka berlomba untuk mendapatkan beasiswa ini karena sedikitnya tiga alasan. Pertama, tugas akhir mereka berkesempatan dinilai oleh penerbit dan dewan juri. Kedua, mereka akan mendapat dana bantuan penelitian, dan yang terakhir, karya tulis mereka berkesempatan untuk diterbitkan. Ada kesan umum bahwa yang mendapat beasiswa mizan, pastilah skripsinya berbobot, selengkapnya,...

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH-DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

"Mabuk Otda" Teks: Prakoso Bhairawa Putera
 Bulan Juni 2013 ini,Majalah Esquire Indonesia kembali menampilkan artikel yang saya tulis dengan judul "Mabuk Otda" (Otonomi Daerah). Artikel ini secara umum menjabarkan fakta dan data mengenai kegagalan yang banyak ditimbulkan dari penyelenggaraan pemerintahan di daerah otonom baru yang dimekarkan pada masa orde reformasi. 

berikut kutipan dari artikel tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring (Pusat Bahasa) kata ‘mabuk’ berarti berasa pening atau hilang kesadaran, berbuat diluar kesadaran. Namun ‘mabuk’ dapat juga dimaknai sebagai keadaan dimana terjadinya kondisi penurunan kemampuan mental dan fisik. Dilihat dari gejala umum, maka dalam kondisi mabuk akan terlihat adanya keseimbangan yang kacau, koordinasi buruk, kelakukan aneh dan bicara menjadi tidak jelas. Bahkan tidak mengerti apa yang dikerjakan namun dalam keadaan sadar.

Sangat tidak berlebihan jika otonomi daerah (otda) yang ada sejak digulirkan era reformasi dikatakan dalam kondisi mabuk. Bagaimana tidak? Berdasarkan evaluasi Kementerian Dalam Negeri terhadap daerah otonomi baru atau sering dikenal dengan ‘DOB’ (7 propinsi, 164 kabupaten dan 34 kota) dalam kurun 1999-2009 hanya dua kota yang memperoleh poin 60 dari 100 poin. Selebihnya daerah otonomi baru dianggap gagal.

Selengkapnya,..dapat dilihat di Majalah Esquire Indonesia, edisi Juni 2013

Ngobrol Bareng Peserta Kelas Menulis FLP DKI Jakarta


Materi Penulisan Ilmiah - Prakoso Bhairawa
Minggu (19/05) kemarin bertempat di  Selasar Masjid Amir Hamzah TIM, saya kembali berkesempatan untuk berbagi pengetahuan dan informasi seputar "Penulisan Ilmiah". Acara yang berlangsung santai ini berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 12.00 siang. Acara ini sendiri merupakan rangkaian dari kelas Pramuda Forum Lingkar Pena DKI Jakarta.

Ada banyak cerita yang terpaksa harus terpotong karena waktu yang begitu sempit dan tak jarang saya tersenyum sendiri untuk berusaha meyakini kepada para peserta bahwa penulisan ilmiah itu tidak hanya cukup dengan duduk manis sembari mencoret-coretkan kertas mendengarkan paparan saya. Sebagai sebuah ilustrasi. Seseorang yang akan memiliki jenjang fungsional Peneliti misalnya, harus mengikuti diklat fungsional peneliti selama 3 minggu, yang isinya nota bene mengenai aktivitas penelitian dan didalamnya juga membahas penulisan ilmiah. Bahkan diklat khusus "Penulisan Ilmiah" sendiri harus diikuti dalam waktu 3 hari.

Dan hari minggu kemarin materi yang panjang lebar tersebut harus diselesaikan dalam waktu 2 jam, alias 2 X 60 menit,..hehehehehee,..lumayanlah tapi dengan terpaksa saya lebih banyak menfokuskan pada pemahaman mengenai penulisan ilmiah.

Oke,..sebagai bahan dan janji saya, maka melalui blog ini saya share materi kemarin yang coba saya kembangkan dan tuliskan dari berbagai sumber. berikut linknya,..Materi Penulisan Ilmiah

Terima kasih,..







Buku Sistem Inovasi Daerah: Inovasi Teknologi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal

Buku SIDa, Arifin, dkk (2013)
Buku ini merupakan hasil penulisan kembali dari penelitian mengenai Penguatan Inovasi Teknologi dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Penguatan inovasi yang berorientasi pada spesialisasi kewilayahan menjadi kunci keberhasilan pengembangan riset dan aplikasinya. Seiring dengan itu, pergeseran paradigma pembangunan dari yang bersifat sentralistik top-down menjadi desentralisasi bottom-up telah menempatkan daerah sebagai salah satu ujung tombak pembangunan nasional. Untuk itu perlu dipetakan kegiatan inovasi teknologi yang dilakukan oleh UKM, khususnya industri makanan dan minuman dalam rangka mendukung PEL. Lokus kegiatan ini adalah Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Salatiga. Keempat daerah tersebut dipilih karena memiliki potensi daerah yang dapat dikembangkan untuk mendukung ekonomi lokal dari hasil inovasi teknologi. Fokus kegiatannya meliputi a) Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT), industri berbahan baku ketela; b) Agaricus Sido Makmur Sentosa (ASIMAS), industri berbahan baku jamur; c) Bangkit Cassava Mandiri (BCM), industri berbahan baku singkong; dan d) UKM Sehati, industri berbahan baku kedelai.

Informasi Buku:
Judul :
Sistem Inovasi Daerah: Inovasi Teknologi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal

Penulis: 
Mohamad Arifin, Dudi Hidayat, Setiowiji Handoyo, Sri Mulatsih, Prakoso Bhairawa Putera, Dini Oktaviyanti, dan Galuh Syahbana Indraprahasta

Copyright © 2013 IPB Press, Cetakan Pertama : April 2013

Lampiran Buku SIDa 2013

PEMENANG LOMBA KARYA TULIS ILMIAH DHARMA SAMUDERA 2013

AKHIRNYA pengumuman pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah "Dharma Samudera" Tahun 2013sudah keluar, dan alhamdulillah kembali bisa mencantumkan nama dalam jajaran pemenang, walaupun hanya pemenang Harapan I,..Namun, inilah hasil pemikiran yang bisa dicapai dalam waktu singkat. Pelajaran berharga dari ini semua adalah bahwa perlu persiapan yang matang dalam mempersiapakan segala hal, tidak terkecuali dalam mengikuti lomba.

PENGUMUMAN PEMENANG LOMBA KARYA TULIS ILMIAH HARI DARMA SAMUDRA TAHUN 2013

Dalam rangka memperingati Hari Darma Samudra Tahun 2013, Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) telah menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis (LKT) dengan tema pertama “Dengan semangat Hari Darma Samudra Kita Wujudkan Negeri Maritim Nusantara”, tema kedua “Melalui Semangat Pertempuran Laut Aru Kita Songsong Terwujudnya Kejayaan Maritim Bangsa Indonesia”,  dan tema ketiga “Dengan Semangat Juang Pahlawan Laut Aru Kita Wujudkan Indonesia sebagai Bangsa Maritim”. LKT bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis di kalangan Keluarga Besar TNI Angkatan Laut dan masyarakat umum. Lomba ini diikuti oleh 69 peserta, yang terdiri atas peserta dari kalangan anggota TNI AL dan umum (mahasiswa/pelajar/umum).

Setelah melalui proses penjurian dan penilaian dapat ditentukan enam peserta terbaik dari TNI AL dan enam peserta terbaik dari umum. Adapun peserta terbaik dari TNI AL, adalah:

  1. Kapten Laut (P) Mochamad Reza Achwandi, NRP 15982/P, Kadivsenbah KRI Keris-624, dengan karyanya “Dengan semangat Hari Dharma Samudra Kita Wujudkan Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional dalam Upaya Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata Demi Menuju Kejayaan NKRI Sebagai Negeri Maritim Nusantara”, sebagai Juara I dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  2. Kapten Laut (P) Benedictus Hery Murwanto, NMRP 15986/P, Pama KRI Rencong-622, dengan karyanya “Upaya Meningkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut di Negeri Maritim Nusantara sebagai perwujudan dari Semangat Hari Dharma Samudra”, sebagai Juara II dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  3. Lettu Laut (P) M. Rachmat Firdaus, NRP 17654/P, Pama Koarmabar, dengan karyanya “Pendayagunaan Radar pengawas pantai sebagai sistem pendukung pengamanan Laut Aru di Wilayah pulau-pulau kecil terluar khususnya di wilayah provinsi kepulauan Riau”, sebagai Juara III dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  4. Mayor Laut (P) Masrurun NRP 14873/P, Pamen Lantamal V Surabaya, dengan karyanya “Peran Dispotmar dalam melaksanakan pembinaan sumber daya maritim di wilayah Kenjeran sebagai upaya mewujudkan kejayaan maritim Bangsa Indonesia", sebagai Juara Harapan I dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  5. Letda Laut (P) Harun Bekti Ariyoko NRP 17670/P, Pama Kolatarmatim Surabaya, dengan karyanya “Peran serta TNI AL dalam mengembangkan bakat dan minat generasi muda guna mewujudkan negeri maritim nusantara”, sebagai Juara Harapan II dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta  rupiah) serta piagam penghargaan.

Sementara peserta terbaik dari umum, adalah:


  1. Ismi Yuliati, S.S., Alumnus Sejarah Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dengan karyanya : "Menyongsong negara maritim Indonesia: Membangun pusat pertumbuhan Ekonomi di kawasan Selat Malaka”, sebagai Juara I dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  2. Kadek Ryan Surya Negara, S.Pd., Alumnus Pendidikan Geografi-Undiksha, dengan karyanya “Model pembelajaran Tri Pramana untuk menumbuhkan semangat juang Pahlawan Laut Aru bagi Siswa Sekolah Menegah Atas”, sebagai Juara II dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  3. Dewi Bunga, Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar, dengan karyanya “Penegakan hukum terhadap perompakan: antara prinsip hostis humanis generis dengan penghormatan kedaulatan”, sebagai Juara III dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) serta piagam penghargaan.
  4. Prakoso Bhairawa Putera, Pusat penelitian dan perkembangan IPTEK Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dengan karyanya “Membangun kemandirian Bangsa dalam kerangka Negara Maritim”, sebagai Juara Harapan I  dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) serta piagam penghargaan.
  5. Tasurun, S.Pd.I., Guru SMKN I Tuban di PP. Wali Sembilan, dengan karyanya “Implementasi semangat Hari Dharma Samudra guna mewujudkan negeri maritim nusantara: Antara fakta, tantangan dan harapan”, sebagai Juara Harapan II dan berhak atas hadiah tabanas sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) serta piagam penghargaan.

Penyerahan hadiah dan piagam bagi Juara I (anggota TNI AL dan umum) akan dilaksanakan pada Upacara Hari Dharma Samudra tanggal 15 Januari 2013 di Jakarta. Sementara bagi peserta terbaik lainnya akan dikirim ke Kotama/Satker masing-masing. Tenue yang dikenakan Juara I saat penganugerahan hadiah: bagi Militer pakaian PDU-IV dan peserta umum jas/blazer, khusus bagi mahasiswa mengenakan jaket/jas almamater.


Berikut Kutipan Berita:

PERWIRA SATKAT KOARMATIM BORONG JUARA LOMBA KARYA TULIS HARI DARMA SAMUDERA

Merupakan hal yang luar biasa dan membanggakan, ke tiga perwira TNI AL yang bertugas di jajaran Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkat Koarmatim) ini, berhasil memborong tiga kejuaraan sekaligus Lomba Karya Tulis Ilmiah Hari Darma Samudera dari lima juara yang disediakan oleh panitia. Keputusan ini diumumkan secara resmi oleh Panitia Lomba Karya Tulis Ilmiah Hari Darma Samudera melalui formulir berita Kasal, Selasa (8/1/2013).

Ke tiga perwira Satkat Koarmatim yang membanggakan kesatuannya tersebut, yaitu masing-masing Kapten Laut (P) Mochamad Reza Achwandi yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Divisi Senjata dan Bahari (Kadiv Senbah) KRI Keris-624 berhasil meraih Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Hari Darma Samudera 2013. Karya tulis yang dilombakan dengan judul “Dengan Semangat Hari Darma Samudera Kita Wujudkan Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional Dalam Upaya Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata Demi Menuju Kejayaan NKRI Sebagai Negeri Maritim”.

Ke dua, tulisan Kapten Laut (P) Benedictus Hery Murwanto yang bertugas di KRI Rencong-622 Satkat Koarmatim dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut Di Negeri Maritim Nusantara Sebagai Perwujudan Dari Semangat Hari Darma Samudera”, ini berhasil meraih juara II. Sedangkan Lettu Laut (P) Harun Bekti Ariyoko dari KRI Badik-623 Satkat Koarmatim meraih Juara Harapan II, dengan judul tulisan “Peran Serta TNI AL Dalam Mengembangkan Bakat dan Minat Generasi Muda Guna Mewujudkan Negeri Maritim Nusantara”.

Sedangkan Juara III dimenangkan oleh Lettu Laut (P) M.Racmad Firdaus dari Koarmabar dengan judul tulisan “Pendayagunaan Radar Pengawas Pantai Sebagai Sistem Pendukung Pengamanan Laut Di Wilayah Pulau-Pulau Terluar Khususnya Di Wilayah Kepulauan Riau”. Juara Harapan I dimenangkan oleh Mayor Laut (P) Masrurun dari Lantamal V dengan judul “Peran Dispotmar Dalam Melaksanakan Pembinaan Sumber Daya Maritim Di Wilayah Kenjeran Sebagai Upaya Mewujudkan Kejayaan Maritim Bangsa Indonesia”.

Adapun untuk kategori umum. Juara I dimenangkan Ismi Yuliati, S.S. alumnus sejarah UGM dengan judul tulisan “Menyongsong Negara Maritim Indonesia Membangun Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kawasan Selat Malaka”. Juara II Kadek Ryan Surya Negara, S.PD, alumnus Pendidikan Geogarfi Undhiksa, dengan karya tulis “Model Pembelajaran TRI Pramana Untuk Menumbuhkan Semangat Juang Pahlawan Laut Aru Bagi Sekolah Menengah Atas”. Juara III Dewi Bunga, S.H., M.H. dosen Univ Mahasaraswati Denpasar, dengan judul tulisan “Penegakan Hukum Terhadap Perompakan Antara Prinsip Hostis Humanis Generis Dengan Penghormatan Kedaulatan”. Sedangkan Juara Harapan I dan II, masing-masing dimenangkan oleh Prakoso Bhairawa Putera, S.IP., M.A. dari Pappitek LIPI dan Tasurun, S.Pd.I guru SMK 1 Tuban.

Lomba karya tulis ilmiah Hari Darma Samudera 2013 yang diikuti 69 peserta dari TNI AL dan umum ini, masing-masing pemenang akan mendapat piagam penghargaan dan hadiah uang. Untuk juara I mendapat hadiah uang Rp. 5 juta, juara II Rp. 3,5 juta, juara III Rp. 2 juta, juara Harapan I Rp. 1,5 juta dan juara Harapan II Rp. 1 juta.

Menariknya, untuk penyerahan piagam penghargaan dan hadiah bagi juara I untuk anggota TNI AL dan umum diberikan langsung oleh Kasal pada saat pelaksanaan upacara Hari Darma Samudera tanggal 15 Januari di Jakarta.

(Dispenarmatim)

Sumber: TNI AL

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More