Nostalgian Kuliner di Kota Palembang

Kerinduan itu segera menuntun kaki saya menyusuri tempat-tempat yang sedari kuliah dulu menjadi tempat pilihan saya bersama rekan-rekan menghabiskan akhir pekan atau sekadar mentraktir para sahabat. (*Prakoso Bhairawa Putera)

ARAH PERUBAHAN UU IPTEK

Namun, rencana perubahan tidak mencantumkan peneliti dan perekayasa sebagai bagian penting dari sumber daya.Padahal, pelaku aktivitas penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek terletak pada peneliti dan perekayasa.

Makam Kesultanan Palembang Darussalam

Masyarakat Palembang mengenal kompleks pemakaman ini dengan sebutan Kawah Tekurep. Nama tersebut berasal dari bentuk atap bangunan utama pemakaman yang berbentuk cungkup (kubah) melengkung berwarna hijau. (*Prakoso Bhairawa Putera)

Penyerahan Hadiah Pemenang LKTI Seskoal 2012

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, SE., menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Menuju Kejayaan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang Bervisi Maritim”.

"MABUK OTDA" KETIKA DAERAH BARU (DINILAI) GAGAL

Gegap gempita otonomi ternyata membawa konsekuensi logis dengan perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.(Esquire Indonesia, Juni 2013 *Prakoso Bhairawa Putera)

LOMBA KARYA TULIS & PENYIARAN 2013



Tema Lomba:

Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula: Potensi Bisnis dan Model Pemasarannya.

Prospek Industri Gula Nasional: Peluang, Tantangan , dan Peran PTPN X (Pesrsero).

Peran Pabrik Gula dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah.


Kategori Wartawan Media Cetak/Online

Naskah berbentuk hard news, feature, atau model penulisan jurnalistik lainnya.

Peserta lomba adalah wartawan di media massa, baik cetak maupun online.

Karya tulis yang dilombakan harus sudah dimuat pada 1 Juli 2012 – 31 Januari 2013.

Karya tulis boleh dikerjakan secara individu maupun berkelompok.

Bukti pemuatan berupa kliping wajib disertakan dalam pengiriman naskah.


Kategori Wartawan Radio

Karya harus sudah disiarkan di radio pada periode 1 Juli 2012 – 31 Januari 2013.

Mengirimkan bukti siar dalam bentuk soft copy di CD dan menyertakan script-nya.

Karya boleh dikerjakan secara individu maupun berkelompok.

Peserta lomba adalah wartawan radio.


Kategori Umum

Naskah berbentuk tulisan opini dengan gaya bahasa ilmiah-populer

Peserta lomba adalah WNI, baik yang tinggal di Indonesia maupun luar negeri.

Tulisan yang dilombakan harus sudah dimuat di blog atau Note di Facebook masing-masing peserta pada 1 Juli 2012 – 31 Januari 2013.

Print screen karya yang dimuat di blog atau Note di Facebook wajib dikirimkan ke apnitia.

Panjang tulisan minimal 700 kata.

Karya tulis dikerjakan secara individu.

Rincian Hadiah:

Kategori Media Cetak/Online

Juara I: Rp 10 juta
Juara II: Rp 7 juta
Juara III: Rp 5 juta
Empat Juara harapan: @Rp. 1 juta
Kategori radio

Juara I: Rp 4 Juta
Juara II: Rp 2 juta
Kategori Umum

Juara I: Rp 8 juta
Juara II: Rp 5 juta
Juara III: Rp 3,5 juta
Empat juara harapan: @ Rp 1 juta
Ketentuan umum:

Peserta boleh mengirimkan maksimal 3 karya.

Karya yang dilombakan harus asli, bukan saduran dan bukan terjemahan

Seluruh karya yang masuk bisa dipergunakan utk kepentingan PTPN X (Persero) dengan tetap mencantumkan sumbernya

Karya dikirim ke alamat panitia, Jln Jembatan merah 3-11 Surabaya dan bentuk Soft copy ke email: lomba.ptpn10@gmail.com dan contact@ptpn10.com

Melampirkan identitas (KTP/SIM) dan kartu Pers( Bagi kategori wartawan)

Peserta wajib melampirkan form pendaftaran yang bisa diunduh di website www.ptpn10.com

karya diterima paling lambat 1 Februari 2013 (cap pos)

Pemenang diumumkan pada 10 Februari 2013 melalui website www.ptpn10.com

Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat

Lomba ini tertutup (tdk boleh diikuti) oleh karyawan PTPN X Persero dan keluarga.

Contact Person:
Firda Suraida 081332005411

Habibie dan Ainun

Cuplikan adegan "Habibie dan Ainun" (Dok. MD Pictures)

“Habibie & Ainun” yang dirilis tanggal 20 Desember lalu telah mengumpulkan 94.000 penonton hanya di hari pertama. Ini sungguh berita membahagiakan di tengah anjloknya angka penonton film-film nasional. “Habibie & Ainun” sendiri merupakan film yang diangkat dari buku karya BJ Habibie. Selain mengangkat kisah cinta antara Habibie dan istrinya, Ainun, sebagian isi film ini juga mengangkat biografi Habibie sejak bersekolah sampai melepas jabatan sebagai presiden Republik Indonesia yang ketiga.

Film besutan Faozan Rizal ini memberi cukup banyak perhatian pada beragam detail dalam filmnya. Dari segi teknis, “Habibie & Ainun” tampil cukup baik, meski dalam beberapa adegan, ada tampilan yang dipaksakan, seperti pemandangan salju di kota Aachen yang terasa palsu. 

Aspek-aspek lain seperti properti, tata rias, serta kostum juga sesuai dengan latar waktu yang diceritakan dalam filmnya. Dari segi akting, Reza Rahadian yang berperan sebagai Habibie tampil sangat baik. Usaha Reza untuk mencoba menampilkan sosok Habibie melalui gestur, cara berjalan, serta berbicara, memang mengingatkan kita pada sosok sang mantan presiden, meski tak sampai jatuh menjadi sebuah karikatur. 

Sayangnya, Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Ainun tak dapat mengimbangi akting Reza dengan pas, sehingga penampilan keduanya sebagai pasangan kurang begitu menyatu.

Yang patut mendapat kritik keras dari film “Habibie & Ainun” tentu saja adalah penempatan promosi produk yang begitu dipaksakan sehingga terasa sangat mengganggu. Dalam industri film, product placement memang bukan barang baru, jadi sudah ada banyak contoh ideal mengiklankan sebuah produk dalam film. Sungguh disayangkan apabila penempatan produk yang tak bijak justru memicu adanya anakronisme, merusak mood penonton, serta mengganggu kenikmatan menyaksikan filmnya secara keseluruhan. 

Sebaiknya dalam film berikutnya, MD Pictures menyadari bahwa ada banyak cara yang lebih elegan untuk menampilkan produk wafer, sirup, kosmetik, kartu pembayaran, atau apa pun lagi yang ingin dimasukkan dalam filmnya.

PLOT:

Rudy Habibie (Reza Rahadian), ahli pesawat terbang, punya mimpi besar: membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Ainun (Bunga Citra Lestari), dokter muda cerdas yang dengan jalur karier terbuka lebar. Pada 1962, dua kawan SMP ini bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta seketika pada Ainun. Sementara Ainun tak hanya jatuh cinta, dia beriman pada visi dan mimpi Habibie. Mereka menikah dan terbang ke Jerman. Cinta mereka terbangun dalam perjalanan mewujudkan mimpi. Dinginnya salju Jerman, pengorbanan, rasa sakit, kesendirian serta godaan harta dan kuasa saat mereka kembali ke Indonesia mengiringi perjalanan dua hidup menjadi satu.

Sutradara: Faozan Rizal
Penulis Naskah: Ginatri S. Noer, Ifan Adriansyah Ismail
Pemeran: Reza Rahadian (Habibie), Bunga Citra Lestari (Ainun), Ratna Riantiarno (Ibu Habibie), Tio Pakusadewo (Soeharto), Vita Mariana Barrazza (Arlis), Mike Lucock, Bayu Oktora, Hanung Bramantyo, Teuku Rifnu Wikana
Durasi: 125 menit
Tanggal Rilis: 20 Desember 2012
Rating: Remaja
Produksi: MD Pictures

Hasil Penelitian Berpeluang Investasi Masa Depan


puslitbangaptikaikp - Selasa, 18 Desember 2012

Jakarta – Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi-Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Jumat (14/12), mengadakan Seminar Laporan Akhir penelitian swakelola Balitbang SDM – BP3TI “Pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis TIK (e-fisheries) Untuk Mendukung Peningkatan Produktivitas Nelayan di Koridor Ekonomi Sulawesi.” Penelitian ini harus bersifat multiyear yang tidak saja membangun perangkat keras tetapi juga kelembagaan serta bisnis model untuk menjamin keberlanjutan program ini.

Trio Adiono, ketua penelitian, mempresentasikan perangkat keras sistem komunikasi dan navigasi (siskomnav) nelayan yang berbentuk LCD layar sentuh yang disebutnya dengan “e-fisheries”, Jumat (14/12).  Dalam demo implementasinya, Trio menjelaskan bahwa e-fisheries bekerja dengan menggunakan WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang didukung dengan database server dan router pada Base Station yang diletakkan di pelabuhan. Base Station Wimax ini berfungsi sebagai pemancar wireless yang akan terkoneksi dengan station di kapal nelayan sehingga pertukaran data/ informasi baik dari petugas pelabuhan maupun nelayan terjadi secara timbal balik.

Dengan teknologi Wimax, alat ini dipercaya mampu menjangkau kapal hingga 30 kilometer.  Beberapa konten telah disiapkan dalam e-fisheries ini seperti prakiraan cuaca, arah mata angin, menu log book, data hasil tangkap ikan yang diupdate per hari, hingga lokasi dan jadwal lelang ikan. Informasi ini sangat bermanfaat bagi nelayan yaitu mengurangi illegal fishing atau pencurian ikan dari kapal asing, meningkatkan akurasi prakiraan wilayah tangkapan, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Sementara bagi manajemen pelabuhan, e-fisheries mampu memantau patroli kapal  demi keselamatan nelayan serta data. E-fisheries juga mampu mendukung program pemerintah untuk meningkatkan mutu produk nelayan serta perkembangan industri perikanan itu sendiri.  Teknologi ini secara langsung telah menjawab permasalahan siskomnav yang mengandalkan satelit yakni dengan VMS (Vessel Monitoring System).

“Alatnya masih masih dikembangkan di laboratorium mikroeletronik dan diuji coba di wilayah Bandung. Pilot projectnya mudah-mudahan akan dilaksanakan tahun depan tetapi masih terbatas produksinya. Kami juga akan melakukan trial error dulu dengan sampel 100 kapal untuk mendapatkan feedback seperti apa, bagaimana dengan deploymentnya serta sosialisasinya,” demikian diungkapkan oleh Trio yang juga seorang dosen Pusat Mikroelektronik Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Semua narasumber yang hadir dalam seminar laporan akhir tersebut melontarkan apresiasi kepada tim peneliti. Prakoso Bhairawa Putera, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI, mengatakan penelitian yang mampu mengembangkan siskomnav dalam waktu 4 bulan adalah hal yang luar biasa. Dia membandingkan negara seperti Australia dan Amerika membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk hal serupa.

Hanya saja peneliti lulusan pasca sarjana bidang kebijakan publik Universitas Indonesia tersebut mengingatkan kembali agar target nelayan pada penelitian ini ditegaskan apakah nelayan kecil atau nelayan menengah ke atas.

“Jangan sampai ketika kita bicara ini untuk produktivitas nelayan, tapi ini untuk nelayan yg mana dulu? Pada katagori mana? Untuk nelayan kelas bawah, ketika mereka ke darat yang di lakukannya paling tidak memperbaiki jaring. Kalau nelayan kelas atas masih bisa santai-santai, baca koran, nonton TV. Catatan saya bersediakah tim ini menyebutkan pada katagori nelayan yang mana? Supaya lebih clear.” ujar Prakoso.

Selain itu Prakoso juga berharap agar e-fisheries mampu mengintegralkan data perikanan dan kelautan yang belum terintegrasi dengan baik. Termasuk, kondisi cuaca serta mobilitas nelayan perlu dipertimbangkan sebelum men-deploy alat.

Teddy Sukardi, anggota Federasi Teknologi Informatika Indonesia, mengusulkan agar penelitian juga memikirkan skema pembayaran yang dibebankan kepada nelayan. Dalam hal ini, perlu dilibatkannya peran koperasi. Pemerintah juga bisa berperan untuk menetapkan standar teknologi, pendampingan kepada para nelayan, serta melibatkan peran serta program terkait yang sudah jalan seperti MCAP, MPLIK, relawan TIK dan sebagainya.

Selain dua narasumber tersebut, hadir pula Bapak Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyan, DEA, kepala Pusat Pengkajian dan Perekayasa Teknologi Kelautan dan Perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta Bapak Suyanto dari BP3TI. Bapak Ngurah menyatakan kesiapannya untuk membantu tim peneliti mengintegrasikan data dan sebagainya. (vim)

Penelitian e-Fisheries diarahkan Solusi Teknologi bagi Nelayan


Kerjasama Penelitian Balitbang SDM-BP3TI


Jakarta – Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika – Informasi dan Komunikasi Publik menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) laporan pendahuluan penelitian Swakelola Balitbang SDM-BP3TI, Rabu (26/9), yang berjudul “Pengembangan Sistem Pengelolaan Perikanan Berbasis TIK (e-fsheries) untuk Mendukung Peningkatan Produktivitas Nelayan di Koridor Ekonomi Sulawesi“.

Dalam presentasinya, Trio Adiono, Ph.D selaku peneliti utama menyampaikan penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem perangkat komunikasi yang dibutuhkan bagi para nelayan di wilayah Sulawesi. “Jenis perangkat yang juga harus dipikirkan yaitu apakah nantinya peralatan tersebut berupa stationary, diam di tempat, atau berupa peralatan yg bisa dibawa kemana-mana oleh nelayan tersebut” ungkap pria yang juga Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Makroelektromagnetik tersebut.

Trio menambahkan perangkat dan konten akan disesuaikan dengan kebutuhan kondisi sosiodemografi, ekonomi, serta kearifan lokal para nelayan. Outcome dari penelitian ini diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi perikanan, kesejahteraan nelayan, serta rekomendasi teknologi perangkat dan juga kebijakan bagi instansi pemerintah yang terkait.

Marza Ihsan Marzuki, narasumber dari Pusat Penelitian dan Pengkajian Teknologi Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), menjelaskan bahwa KKP memiliki alat Voice Monitoring System (VMS) untuk membantu nelayan menangkap ikan. “Akan tetapi ini mendapat keluhan dari nelayan, karena sudah sulit menangkap ikan kenapa masih dibebankan juga untuk membeli peralatannya. Kisaran perangkatnya itu sekitar 10-15 juta Rupiah dengan biaya pertahunnya 3-5 Juta Rupiah,” ujar Marza yang menambahkan kapal dengan tonase di atas 100 gt wajib menggunakan VMS.

Prakoso Bhairawa Putera, Peneliti Muda dari Kebijakan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI, mengingatkan terkait istilah e-Fisheries. Menurutnya, e-Fisheries bukanlah istilah international yang digunakan untuk menggambarkan teknologi kelautan dan perikanan. Akan tetapi, e-FIS (Fish Information System). Dia menganjurkan perlu adanya penyesuaian dari sisi judul penelitian.

Baik Marza maupun Prakoso mengingatkan bila nelayan di wilayah Sulawesi didominasi oleh nelayan tradisional yang mengandalkan kearifan lokal akan sulit untuk mengadopsi teknologi seperti Wimax atau VMS. “Untuk pendekatannya kalau bisa dibalik jangan dari identifikasi, tetapi karena sudah punya teknologi yang ada dicari ke siapakah kira-kira bisa menggunakannya sehingga bisa bermanfaat. Jangan sampai nanti riset ini sia-sia,” ujar Prakoso.

Agus mewakili Tim Kerja Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) menjelaskan Sulawesi memiliki andalan seperti Nikel, Pertanian dan Perikanan. Bahkan, Sulawesi ditargetkan menjadi Basis Pangan Nasional. Besaran indikasi nilai investasi, baik sentra produksi, infrastruktur, SDM serta IPTEK di Koridor Ekonomi Sulawesi mencapai Rp. 421,8 triliun (Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan). Indikasi nilai investasi terbesar di Sulawesi berupa budidaya udang. Akan tetapi, proyek perikananlah yang terbanyak.

Sementara Mohammad Dwiyanto, staf Direktorat Penataan Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI), mengingatkan agar setiap perangkat TIK disertifikasi oleh Direktorat Standarisasi SDPPI sesuai dengan UU Telekomunikasi No 36 Tahun 1999. Dia juga menjelaskan bahwa frekuensi untuk maritim sudah ada, meski diakuinya masih belum teratur. Sementara, frekuensi yang digunakan di peralatan wimax adalah 3.3-3.5 GHz. (vm)

MODEL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN PELANGGAN SPESIFIK UNTUK LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT #PROSIDING KONFERENSI REFORMASI BIROKRASI 2012

SETELAH menunggu hampir 4 bulan lamanya sejak penyelenggaraan konferensi Reformasi Birokrasi Tahun 2012, akhirnya Prosiding terbit juga,..Prosiding ini bertajuk Reformasi Birokrasi: Pameran, Konferensi, dan Pertemuan Pemangku Kepentingan 2012  dapat diakses secara gratis melalui link berikut ini.

Prosiding ini berisi semua makalah yang telah diedit dan melalui proses penyuntingan oleh tim Akademik dan penyelenggara. Jika membuka halaman 429 maka akan menemukan makalah saya (Prakoso Bhairawa Putera) dan Budi Triyono yang membawakan judul "MODEL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN PELANGGAN SPESIFIK UNTUK LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT" pada saat seminar yang lalu.

Berikut Abstrak Makalah tersebut:

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menggaris bawahi  salah satu hal penting mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Keberdaan IKM menjadi penting untuk melihat sejauh mana unit organisasi mampu memberikan pelayanan prima. Pengukuran IKM yang umumnya digunakan merujuk pada KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat. Pengukuran tersebut dirasakan kurang cocok digunakan untuk organisasi penelitian dan pengembangan (litbang). Organisasi litbang memiliki karakteristik khusus sehingga membutuhkan pengukuran IKM yang berorientasi pada kekhususan tersebut. Makalah ini memberikan konsep pengembangan pengukuran IKM yang lebih cocok diimplementasikan bagi organisasi/lembaga litbang di Indonesia. Konsep pengembangan pengukuran ini berorientasi pada penggunaan produk dan jasa litbang, kinerja layanan produk dan jasa litbang, kinerja staf penyelenggaran, aksesibilitas, komunikasi, kepuasan terhadap layanan produk dan jasa litbang, dampak kepuasan, dan perbaikan layanan.

Kata Kunci:  IKM, Pelayanan Publik, Lembaga Litbang, Reformasi Birokrasi

FLP Jakarta Goes to President University



Sobat Nida, masih jaman nggak, sih, mahasiswa cuma bisa nulis skripsi sama tesis doang? Yup, pasti nggak dong. Di zaman modern ini, saatnya mahasiswa berekspresi melalui tulisan baik nonfiksi maupun fiksi.

Sabtu (1/12), Divisi Writing dari PACT (President Association of Critical Thinker) bekerja sama dengan Forum Lingkar Pena Jakarta, sukses menggelar Workshop Writing & Training. Mengambil tempat di Auditorium President University, kegiatan ini diikuti oleh 30-an mahasiswa PU.

Menurut Isti Toq’ah, project leader acara ini yang juga peraih beasiswa III China Harbour Company’s Scholarship, kegiatan yang diadakan khusus untuk mahasiswa PU, ini untuk membuktikan bahwa dengan menulis mereka bisa berekspresi dan berprestasi. Menulis bisa menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan bermanfaat. Karena ada opini pada sebagian besar mahasiswa PU bahwa menulis itu bukan bagian dari aktivitas mereka.

Acara yang digelar seharian ini terdiri dari dua sesi workshop. Sesi pertama membahas karya ilmiah dan esai, yang diisi oleh peneliti muda LIPI: Koko P. Bhairawa. Sedangkan sesi kedua tentang Fiksi, diisi oleh editor majalah STORY yang sekaligus ketua FLP Jakarta: Taufan E. Prast.

“Penulis itu modalnya mau aja. Dari apa yang kita lihat bisa jadi sumber ide. Dari sehelai rambut pun bisa menjadi ide. Misalnya sehelai rambut yang masuk ke dalam semangkuk sup. Itu bisa jadi cerita yang menarik bukan,” jelas Taufan E. Prast saat workshop fiksi.

Tiap selesai workshop, para peserta diharuskan untuk menulis esai dan cerpen yang dibimbing langsung oleh para penulis dari FLP Jakarta. Para peserta lalu diminta membacakan hasil tulisan mereka yang kemudian dikomentari narasumber.

Para peserta sangat bersemangat dan antusias mengikuti acara ini. Semoga kelak akan terlahir penulis-penulis andal dari President University, ya, Sob... [agung]

Tulis Nusantara 2012


Kemenparekraf bekerjasama dengan NulisBuku.com & Plot Point mengadakan kompetisi menulis Tulis Nusantara 2012 - dengan tema: Menangkap ragam cerita hidup di Indonesia, serta workshop Menulis di 12 Kota di Indonesia.

Kategori penulisan:
Fiksi Cerpen
Fiksi Puisi
Non-Fiksi

Hadiah
Fiksi Cerpen. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.

Fiksi Puisi. Juara I: Rp 10.000.000, Juara II: Rp 7.500.000, Juara III: Rp 5.000.000.

Non-Fiksi. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.

3 buku kumpulan fiksi dan non-fiksi hasil kompetisi Tulis Nusantara 2012 akan diterbitkan secara major!

Cara berpartisipasi

  • Menulis sesuai tema 'Menangkap Ragam Cerita Hidup di Indonesia' dalam bentuk puisi, cerpen (Fiksi) maupun cerita nyata (Non-Fiksi) yang memotivasi pembaca untuk mengetahui lebih banyak tentang keragaman di Indonesia dan mempromosikan baik ke dalam maupun luar negeri.
  • Untuk cerpen (fiksi) dan cerita nyata (Non-Fiksi), panjang tulisan 5-9 halaman A4 dengan 1,5 spasi, Font Times New Roman, ukuran 12 pt.
  • Kirimkan naskah beserta data diri (berupa attach files, bukan di body e-mail): Nama, Alamat, No. handphone, No. KTP, Twitter account (Jika ada), Alamat facebook (Jika ada), ke alamat email: tulisnusantara@gmail.com dengan format subject email: [Kategori] - [Judul tulisan]. Contoh: Non-Fiksi - "Cerita dari Banyuwangi"
  • Follow & mention akun Twitter @tulisnusantara untuk mempromosikan tulisan yang telah dikirim dengan hashtag #TulisNusantara
  • Periode lomba: mulai dari 17 November 2012 hingga 15 Desember 2012, naskah diterima paling lambat jam 23:59 WIB pada tanggal 15 Desember 2012.
  • Untuk mengikuti kompetisi ini tidak dipungut biaya, GRATIS!
  • Pengumuman pemenang & penyerahan hadiah akan dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 (Awarding Night).

Syarat Umum

  • Peserta adalah warga negara Indonesia
  • Usia peserta dibatasi minimal 17 tahun ke atas sesuai dengan identitas di Kartu Tanda Penduduk (KTP)
  • Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia
  • Naskah harus karya asli (sebagian atau seluruhnya), juga bukan terjemahan atau saduran
  • Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik dan online dan tidak sedang diikutsertakan sayembara lain.
  • Peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 naskah terbaiknya untuk setiap kategori.
  • Naskah yang dikirim menjadi milik panitia penyelenggara, dengan hak cipta tetap pada penulis.
  • Hak untuk mempublikasi tulisan ada di penyelenggara kompetisi.
  • Naskah yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak akan disertakan dalam proses penjurian.
  • Dewan juri akan memilih 10 naskah terbaik (Juara I, II, III dan 7 nomine) yang akan dibukukan dalam buku antologi pemenang.
  • Penyelenggara kompetisi berhak mengganti judul dan menyunting, tanpa mengubah isi
  • Keputusan juri mengikat, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada surat menyurat  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More