Hasil Penelitian Berpeluang Investasi Masa Depan


puslitbangaptikaikp - Selasa, 18 Desember 2012

Jakarta – Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi-Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Jumat (14/12), mengadakan Seminar Laporan Akhir penelitian swakelola Balitbang SDM – BP3TI “Pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis TIK (e-fisheries) Untuk Mendukung Peningkatan Produktivitas Nelayan di Koridor Ekonomi Sulawesi.” Penelitian ini harus bersifat multiyear yang tidak saja membangun perangkat keras tetapi juga kelembagaan serta bisnis model untuk menjamin keberlanjutan program ini.

Trio Adiono, ketua penelitian, mempresentasikan perangkat keras sistem komunikasi dan navigasi (siskomnav) nelayan yang berbentuk LCD layar sentuh yang disebutnya dengan “e-fisheries”, Jumat (14/12).  Dalam demo implementasinya, Trio menjelaskan bahwa e-fisheries bekerja dengan menggunakan WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang didukung dengan database server dan router pada Base Station yang diletakkan di pelabuhan. Base Station Wimax ini berfungsi sebagai pemancar wireless yang akan terkoneksi dengan station di kapal nelayan sehingga pertukaran data/ informasi baik dari petugas pelabuhan maupun nelayan terjadi secara timbal balik.

Dengan teknologi Wimax, alat ini dipercaya mampu menjangkau kapal hingga 30 kilometer.  Beberapa konten telah disiapkan dalam e-fisheries ini seperti prakiraan cuaca, arah mata angin, menu log book, data hasil tangkap ikan yang diupdate per hari, hingga lokasi dan jadwal lelang ikan. Informasi ini sangat bermanfaat bagi nelayan yaitu mengurangi illegal fishing atau pencurian ikan dari kapal asing, meningkatkan akurasi prakiraan wilayah tangkapan, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Sementara bagi manajemen pelabuhan, e-fisheries mampu memantau patroli kapal  demi keselamatan nelayan serta data. E-fisheries juga mampu mendukung program pemerintah untuk meningkatkan mutu produk nelayan serta perkembangan industri perikanan itu sendiri.  Teknologi ini secara langsung telah menjawab permasalahan siskomnav yang mengandalkan satelit yakni dengan VMS (Vessel Monitoring System).

“Alatnya masih masih dikembangkan di laboratorium mikroeletronik dan diuji coba di wilayah Bandung. Pilot projectnya mudah-mudahan akan dilaksanakan tahun depan tetapi masih terbatas produksinya. Kami juga akan melakukan trial error dulu dengan sampel 100 kapal untuk mendapatkan feedback seperti apa, bagaimana dengan deploymentnya serta sosialisasinya,” demikian diungkapkan oleh Trio yang juga seorang dosen Pusat Mikroelektronik Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Semua narasumber yang hadir dalam seminar laporan akhir tersebut melontarkan apresiasi kepada tim peneliti. Prakoso Bhairawa Putera, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI, mengatakan penelitian yang mampu mengembangkan siskomnav dalam waktu 4 bulan adalah hal yang luar biasa. Dia membandingkan negara seperti Australia dan Amerika membutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk hal serupa.

Hanya saja peneliti lulusan pasca sarjana bidang kebijakan publik Universitas Indonesia tersebut mengingatkan kembali agar target nelayan pada penelitian ini ditegaskan apakah nelayan kecil atau nelayan menengah ke atas.

“Jangan sampai ketika kita bicara ini untuk produktivitas nelayan, tapi ini untuk nelayan yg mana dulu? Pada katagori mana? Untuk nelayan kelas bawah, ketika mereka ke darat yang di lakukannya paling tidak memperbaiki jaring. Kalau nelayan kelas atas masih bisa santai-santai, baca koran, nonton TV. Catatan saya bersediakah tim ini menyebutkan pada katagori nelayan yang mana? Supaya lebih clear.” ujar Prakoso.

Selain itu Prakoso juga berharap agar e-fisheries mampu mengintegralkan data perikanan dan kelautan yang belum terintegrasi dengan baik. Termasuk, kondisi cuaca serta mobilitas nelayan perlu dipertimbangkan sebelum men-deploy alat.

Teddy Sukardi, anggota Federasi Teknologi Informatika Indonesia, mengusulkan agar penelitian juga memikirkan skema pembayaran yang dibebankan kepada nelayan. Dalam hal ini, perlu dilibatkannya peran koperasi. Pemerintah juga bisa berperan untuk menetapkan standar teknologi, pendampingan kepada para nelayan, serta melibatkan peran serta program terkait yang sudah jalan seperti MCAP, MPLIK, relawan TIK dan sebagainya.

Selain dua narasumber tersebut, hadir pula Bapak Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyan, DEA, kepala Pusat Pengkajian dan Perekayasa Teknologi Kelautan dan Perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta Bapak Suyanto dari BP3TI. Bapak Ngurah menyatakan kesiapannya untuk membantu tim peneliti mengintegrasikan data dan sebagainya. (vim)

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More