MONDAY, JULY 24, 2006
KRI Tanjung Nusanive |
Matahari sepertinya begitu bersemangat menyambut para peserta yang sedang menikmati suasana pagi Selasa (12/07) di dek kapal, sampai akhirnya meraka harus turun guna mengikuti upacara pemberangkatan dan pelepasan. Hadir pada kesempatan itu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Pada kesempatan itu juga baik Mendiknas maupun KSAL kembali mengingatkan akan nilai-nilai kebangsaan dan wawasan nusantara yang menjadi modal dasar dalam membangun karakter diri. Akhirnya dengan diiringi Tari Tepak Lenggang dan ondel-ondel Betawi, para peserta satu persatu masuk ke dalam kapal disambut pelepasan tali tros kapal oleh KSAL.
Pelayaran Kebangsaan VI kali ini, akan mengarungi lautan dengan rute Jakarta-Pulau Bangka-Tanjung Pinang-Pulau Penyengat-Pulau Tolop-Jakarta. berlayar dari tanggal 11-19 Juli 2006. Adapun agenda Pelayaran Kebangsaan meliputi suatu penelitian makalah, diskusi kelompok, role play, pementasan seni budaya, bakti sosial, dialog dengan tokoh masyarakat, mengunjungi tempat-tempat bersejarah, menyusun rekomendasi dan siaran pers.
Prosesi Pelepasan Tali Tros |
Empat jam sudah kapal membelah birunya lautan tanpa sedekitpun permasalahan, tiba-tiba ditengah asyiknya para peserta mendapatkan materi tentang kebaharian, seorang anak buah kapal mendatangi panitia mengabarkan bahwa salah satu mesin kapal mengalami kerusakan. Alhasil dengan berat hati, Drs. Abdul Muin Angkat selaku ketua rombongan menyampaikan berita tersebut kepada seluruh peserta. Seluruh peserta dengan sigapnya langsung kembali ke kamar masing-masing guna melakukan pengepakan barang-barang pribadi. Dari wajah-wajah peserta tanpak kekecewaan yang begitu besar. Akan tetapi, permasalahan teknis tidak bisa dianggap remeh. Kapal pun kembali ke dermaga Tanjung Priok. Namun, sekali lagi sepertinya peserta harus kecewa karena kapal tidak bisa sandar di dermaga lantaran semua lokasi sandar dipenuhi kapal barang. Lama kami menanti kepastian akan sandar atau tidak. Pada kesempatan ini banyak diantara peserta memanfaatkan waktu untuk beristirahat ataupun sekedar duduk-duduk di cafe dek.
Melihat situasi yang tidak menentu, aku bersama beberapa rekan memberanikan diri naik ke anjungan kapal. Disana kami bertemu dengan Letkol Laut Suroso Hadi selaku panitia dari TNI AL. Beliau kemudian menjelaskan kondisi kapal, sehingga kesimpulan yang kami terima bahwa untuk bisa melanjutkan perjalanan kami harus menggunakan kapal yang lain. Dan itu baru bisa dilaksanakan pukul 12 malam nanti.
Saya (Prakoso B. Putera) sedang Presentasi Makalah |
Guna mengisi waktu dan menghindari jenuh. Panitia persidangan membagi kami kedalam kelompok-kelompok kecil berdasarkan makalah yang kami kirim sebelumnya sesuai dengan isu berbasis tema terpilih. Ada lima kelompok, dimana masing-masing kelompok terbagi atas 26-28 peserta. Tiap kelompok ada yang membahas tentang Solidaritas Sosial dan Social Capital, ada juga berdiskusi tentang Hubungan antar kelompok dan pembaruan, Pendidikan-Teknologi dan Lingkungan, Pertahanan Keamanan, sedangkan aku ditempatkan pada kelompok IV yang akan membahas tentang Kesadaran dan Penegakan Hukum. Ditiap kelompok akan dipandu oleh seorang akademisi yang berkompeten dibidangnya. Bapak Harry Suherman adalah pemandu yang bertanggung jawab atas kelompok kami selama pelayaran ini. Malam itu ada empat mahasiswa terpilih yang akan mempresentasikan makalahnya. Mereka masing-masing Prakoso Bhairawa Putera S (Univ. Sriwijaya) dengan pokok pikiran tentang Menuju Gerakan Anti – Korupsi di Daerah, Yudhi Mustika (USU) dengan pokok pikiran tentang Kesadaran dan Penegakan Hukum, sub pokok Pembinaan Kesadaran Hukum di Desa, Dian Anugrah (Univ. Andalas) dengan pokok pikiran Pornografi dalam Perspektif Sosiologi Hukum, dan Adi Tri Pramono (UGM), dengan pokok pikiran tentang Refleksi Hak Asasi Manusia. Kesempatan pertama presentasi pun diberikan kepada saya. Hampir 2 jam kami berdiskusi dan merumuskan langkah-langkah kongkrit guna menghasilkan solusi terhadap permasalahan, hingga kami tak sadarkan diri bahwa tengah malam nanti kami harus meninggalkan kapal ini.
Hari pertama yang terlalu berat buat seluruh peserta dan panitia akan segera berakhir. Tepat pukul 00.30 dini hari (13/07), kami dipindahkan menuju kapal yang lain. Kapal itu tidak semegah ataupun semewah KRI Tanjung Nusanive, karena kapal yang akan membawa kami berlayar adalah kapal yang digunakan sebagai kapal rumah sakit. Kapal itu bernama KRI Tanjung Dalpele-972 dengan Letkol Laut E. Estu Prabowo sebagai komandannya. Ditengah remang lampu dermaga Tanjung Priok kami satu persatu masuk dan ditempatkan di ruang-ruang kosong yang hanya beralaskan karpet buldru biru tanpa ada tempat tidur, lemari ataupun meja kursi seperti Tanjung Nusanive. Keadaan serupa ternyata menimpa seluruh panitia. Tanpa mengeluh dan tuntutan mata yang ingin segera memejamkan mata, kamipun langsung beristirahat. Padahal kalau mau diperhatikan, kami tidur dengan tas sebagai bantal kepala dan satu ruang berukuran 4 x 6 m berisi sekitar 8 – 15 orang.
0 komentar:
Posting Komentar